Namun, HBS mulanya hanya diperuntukkan bagi warga Belanda di Indonesia.
Kemudian di tahun 1874, Belanda baru mulai mengizinkan pribumi mengecap pendidikan di HBS.
Pasca kemerdekaan, MULO berubah menjadi sekolah menengah pertama (SMP) pada tanggal 13 Maret 1946.
Baca Juga: Banyuwangi Masih Jadi Jujugan Libur Nataru, Okupansi Hotel Mencapai 95 hingga 100 Persen
Pada tahun 1994, sebutan SMP berubah menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan diubah kembali menjadi SMP pada tahun 2003 lalu.
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Pada masa penjajahan Belanda, ada HBS yang serupa penggabungan sekolah SMP dan SMA dalam satu paket.
Kala itu, HBS hanya boleh dimasuki oleh orang Belanda, Eropa, atau elit pribumi. Selain HBS, di jenjang SMA, Indonesia juga memiliki Algemeene Middelbare School (AMS) yang masa belajarnya selama tiga tahun.
Baca Juga: Mencicipi Kopi Nikmat dari Hasil Konservasi Air Situ Cimeuhmal Bandung, Founder Ungkap Sensasinya
Sekolah menengah atas ini juga hanya ada di sejumlah ibu kota provinsi, seperti Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar.
Kemudian pada masa penjajahan Jepang di tahun 1942 lalu, nama AMS diganti dengan Sekolah Menengah Tinggi (SMT).
Setelah kemerdekaan pada tahun 1946, SMT berubah nama menjadi Sekolah Menengah Oemoem Atas (SMOA) dengan menggunakan ejaan lama.
Baca Juga: Media Asing Sebut Prabowo Subianto di Daftar 10 Pemimpin Dunia yang Bakal Berpengaruh 2025
Pada tahun 1950, SMOA diubah menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri dari tiga yakni SMA Bahasa, SMA Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, dan SMA Ilmu Sosial.**