Ubay yang ditanya justru balik bertanya: "Wahai Umar, pernahkah engkau berjalan melewati jalan yang penuh duri?"
Umar menjawab: "Tentu saja pernah."
"Apa yang engkau lakukan saat itu, wahai Umar?" lanjut Ubay bertanya.
"Tentu saja aku akan berjalan hati-hati," jawab Umar.
Ubay lantas berkata: "Seperti itulah hakikat takwa."
Baca Juga: BNI Top 10 BUMN Penyumbang Pajak Terbesar 2023, Intip Posisi dan Nilainya Segini
Bisa disimpulkan bahwa orang yang bertakwa itu harus selalu melangkah/berbuat sesuatu untuk kemanfaatan dirinya dan orang lain, namun harus memperhatikan rambu-rambu yang diberikan oleh Allah SWT, agar terhindar dari hal-hal yang mencelakakan.
Berkaitan dengan takwa Rasulullah bersabda:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Ittaqillaaha haitsumaa kunta wa atbi'is sayyi'atal hasanata tamhuhaa wa khooliqin-naasa bikhuluqin hasanin.
"Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik," HR Tirmidzi.
Baca Juga: Ikutan Yukk, BPJS Ketenagakerjaan Gelar Lomba Tulis Jurnalistik Berhadiah Total Rp90 Juta
Perilaku takwa akan menjadi semakin membaik jika diikuti perilaku-perilaku baik, selalu memperbaiki diri dan sikap/pergaulan yang baik dengan sesama manusia.
Mari kita renungkan nasehat dari Bung Hatta (Muhammad Hatta), "Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat diperbaiki dengan pengalaman."
Mari kita tingkatkan kecerdasan dengan semangat belajar tentang ayat qauliyah dan ayat kauniyah, kita tingkatkan kecakapan dengan menjalankan kebaikan yang bernilai di dunia dan akhirat kelak.