Dalam beberapa kasus banyak orang tawakkal kepada selain Allah SWT, misalnya Tawakkal 'Alan Nafs (mengandalkan kemampuan diri).
Tawakkal 'Alan Nass (mengandalkan kemampuan orang yang dianggap hebat), Tawakkal 'Alal Maal (mengandalkan kepada harta/aset).
Dalam kasus seperti itu Allah SWT menggambarkan dalam Surat Al ‘Ankabut ayat 41.
مَثَلُ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوْلِيَآءَ كَمَثَلِ ٱلْعَنكَبُوتِ ٱتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ ٱلْبُيُوتِ لَبَيْتُ ٱلْعَنكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
Matsalulladżiinattakhodżuu min duunillaahi auliyaa`a kamatṡalil-'ankabuut, ittakhodżat baitaa, wa inna auhanal-buyuuti labaitul-'ankabuut, lau kaanuu ya'lamụun.
"Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui."
Kedua: Tawakkal harus disertai pikiran yang positif dan taubat.
Godaan bagi manusia dalam menjalani kesulitan adalah munculnya pikiran yang negatif pada Allah, pada diri dan pada lingkungan sehingga memunculkan perilaku yang buruk.
Maka tawakkal harus membersihkan pikiran dan perbuatan, dengan mensucikan asma Allah dan bertaubat.
Allah memerintahkan bertaubat dalam surat An Nuur ayat 31.
وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wa tuubuu ilalloohi jamii'an ayyuhal-mu`minuuna la'allakum tufliḥuun.