Jika menilik sejarah pada masa lalu, maka akan tampak masa penjajahan Belanda dan Jepang yang membangun sekolah hanya dikhususkan bagi kaum elit di Indonesia.
Baca Juga: Buntut Kasus Pemerasan Oknum Polisi pada WNA Saat Nonton DWP Capai Rp2,5 Miliar, Endingnya Begini
Kala itu, pendidikan hanya dinikmati kaum ningrat dan priyayi dan seiring waktu masyarakat umum lambat laun dapat merasakan pendidikan mulai dari membaca dan berhitung.
Adapun, jenjang-jenjang pendidikan bagi masyarakat Indonesia sebelum kemerdekaan atau yang dikenal dengan sekolah rakyat. Berikut ini ulasan selengkapnya:
Sekolah Dasar (SD)
Pada zaman penjajahan Belanda, jenjang yang setara dengan SD adalah Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada tahun 1914, dan Europeesche Lagere School (ELS) pada tahun 1817 silam.
Baca Juga: Apakah Isra Miraj Tanggal Merah? Cek Info Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025
Perbedaannya dengan masa kini yang umumnya waktu mengenyam pendidikan di SD hanya sampai enam tahun, pada era HIS dan ELS, siswa harus menempuhnya selama tujuh tahun.
Kemudian di masa penjajahan Jepang, disebut Sementara itu, Sekolah Rakyat (SR) mulai eksis pada masa penjajahan Jepang yang kini merujuk pada jenjang SD.
Penerapan nama SD itu baru muncul sejak pasca kemerdekaan, tepatnya diresmikan pada 13 Maret 1946 lalu.
Baca Juga: Aurelie Moeremans Resmi Dinikahi Dokter Kretek di California Tyler Bigenho, Ini Profil Sang Suami
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Penamaan jenjang sekolah dengan bahasa Belanda juga diterapkan bagi pendidikan menengah di Indonesia.
Saat itu, sekolah yang setara SMP adalah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Ada juga Hoogere Burgerschool (HBS) yang menuntut menghabiskan waktu di sekolah selama lima tahun.