SENANGSENANG.ID - Desa Watukarung, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur yang terletak di pesisir pantai selatan memang dikenal dengan keindahan alamnya yang asri.
Namun, di balik itu, para petani di desa ini menghadapi persoalan serius dalam memenuhi kebutuhan air untuk mengairi kebun mereka.
Sumur yang biasa digunakan warga sejak awal memang menghasilkan air yang asin, sehingga tidak layak dipakai dalam pertanian.
Baca Juga: Sunscreen dan Sunblock, Mana yang Lebih Ampuh Lindungi Kulit dari Dampak Buruk Sinar Matahari?
Kondisi ini cukup memprihatinkan karena air menjadi kebutuhan utama dalam bertani, terutama untuk menjaga kesehatan tanaman dan produktivitas hasil panen.
“Sudah beberapa kali saya gali sumur, tetapi dari awal air yang keluar selalu asin,” keluh Joko, seorang petani setempat, yang mewakili keresahan banyak warga.
Kesulitan mendapatkan air bersih ini membuat mereka harus mencari alternatif lain atau membatasi intensitas penyiraman yang akhirnya berdampak pada hasil pertanian mereka.
Melihat situasi ini, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNS 256 hadir dengan inovasi yang membawa angin segar.
Program bernama Tetes Hijau dikembangkan sebagai solusi irigasi ramah lingkungan dan hemat air yang sesuai dengan kondisi desa pesisir seperti Watukarung.
Sistem ini memanfaatkan air hujan dan embun yang ditangkap menggunakan paranet, sebuah kain peneduh yang efektif mengumpulkan embun, sehingga sumber air yang digunakan benar-benar alami dan bebas dari kontaminasi garam.
Baca Juga: Ironi Kemerdekaan! Bocah di Gowa Pungut Sisa Makanan Pejabat usai Acara HUT ke-80 RI
Selain itu, program ini juga mengaplikasikan pupuk organik cair berbasis EM4 (Effective Microorganisms), yang berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah secara alami tanpa bergantung pada pupuk kimia yang sering kali menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Penggunaan EM4 dapat membantu meningkatkan kualitas dan struktur tanah sehingga tanaman bisa tumbuh subur meskipun dalam kondisi pasokan air yang terbatas.