Teknologi sederhana namun efektif ini juga dilengkapi dengan penampungan air yang bisa dibuat sesuai kebutuhan warga.
Baca Juga: Pelajaran Hidup bagi Wangsa Pakualaman dalam Serat Piwulang Jayeng Irawan
Penampungan ini memungkinkan mereka menyimpan air hujan lebih banyak untuk digunakan saat musim kemarau.
Selain itu, digunakan drip system berupa selang berlubang yang mengalirkan air ke area tanaman secara merata, tidak langsung ke akar, sehingga penggunaan air menjadi lebih efisien.
Dengan sistem ini, tanaman tetap terhidrasi dengan baik sepanjang waktu tanpa pemborosan air.
Warga yang sebelumnya mengalami kesulitan mendapatkan air kini mulai melihat harapan baru.
Program Tetes Hijau mudah diaplikasikan, baik untuk lahan kecil maupun besar, dengan perawatan yang sederhana dan biaya relatif terjangkau.
Hal ini sangat membantu dalam menghadapi musim kemarau dan ketidakpastian pasokan air bersih yang sering terjadi di wilayah pesisir.
Inisiatif ini menjadi bukti nyata bahwa solusi lokal dan teknologi sederhana dapat menjawab persoalan nyata warga desa.
Program Tetes Hijau tak hanya solusi irigasi, tapi juga menjadi simbol ketahanan dan harapan baru bagi petani Watukarung di tengah tantangan alam.
Dengan komitmen bersama antara warga dan tim KKN, diharapkan pertanian desa ini dapat terus berkembang secara berkelanjutan dan mandiri.**
Artikel Terkait
Tumbuh dan Mekar dalam Kebersamaan, TK Eksperimental Mangunan Tutup Tahun Ajaran dengan Penuh Cinta
Dukung Peningkatan Literasi dan Tingkatkan Kualitas SDM, IFG Gulirkan Program Hibah Buku Bersama Perpusnas
STPKat Santo Fransiskus Asisi Semarang Wisuda 25 Sarjana: Siap Menjadi Guru Agama Katolik dan Katekis yang berintegritas
SMP 2 Gebog Kudus Buka Kelas Santri, Integrasikan Pembelajaran Akademik dan Spiritual melalui Tahfizh Al Quran
FSRD ISI Surakarta Siap Sambut Asesmen Lapangan Akreditasi Prodi DKV
Lanud Sultan Hasanuddin Bekali Siswa Baru SMA Angkasa Pendidikan Karakter dan Wawasan Kebangsaan