Seni Dedok: Tubuh, Kuasa, dan Harapan yang Nyaris Remuk

photo author
- Rabu, 17 Desember 2025 | 17:19 WIB
I Made Arya Dwita Dedok dan karyanya berjudul Tubuh, Kuasa, dan Makhluk-Makhluk yang Dipaksa Jinak. (Foto: Istimewa)
I Made Arya Dwita Dedok dan karyanya berjudul Tubuh, Kuasa, dan Makhluk-Makhluk yang Dipaksa Jinak. (Foto: Istimewa)

SENANGSENANG.ID – Seniman muda I Made Arya Dwita Dedok kembali mencuri perhatian lewat karya berjudul The Barong Love & Peace (AoC, 150cmx200cm,2014) yang dikuratori Bambang Wirawan Bro Matra bertajuk “Tubuh, Kuasa, dan Makhluk-Makhluk yang Dipaksa Jinak”.

Di pameran bertajuk Titik Rapuh Republik: Arsip, Luka, dan Ingatan sebagai Perlawanan yang digelar di Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, pada 17–18 Desember 2025, Dedok menghadirkan dunia visual yang sekilas fantastik, namun sejatinya merupakan potret getir republik yang terbelah.

Alegori Kekuasaan dalam Wujud Hibrida

Baca Juga: Kisah Heroik Pria Sibolga: Jalan Kaki 66 Km Demi Kabarkan Keselamatan Keluarga

Dijabarkan Bro Matra, Dedok menampilkan makhluk-makhluk hibrida—perpaduan tubuh binatang, mesin, dan simbol kekuasaan—yang mendominasi kanvas.

Sosok raksasa bersisik dengan senjata mekanis menjadi metafora atas struktur negara dan aparat yang bergerak dengan naluri dominasi.

Di bawah bayang-bayang tubuh raksasa itu, manusia digambarkan kecil, tegang, dan rapuh.

I Made Arya Dwita Dedok performing art Manusia Pohon di Pameran Titik Rapuh Republik: Arsip, Luka, dan Ingatan sebagai Perlawanan.
I Made Arya Dwita Dedok performing art Manusia Pohon di Pameran Titik Rapuh Republik: Arsip, Luka, dan Ingatan sebagai Perlawanan. (Foto: Istimewa)

Warga Biasa, Bukan Pahlawan

Figur manusia dalam karya Dedok bukanlah tokoh heroik. Ia hadir sebagai warga biasa yang bernegosiasi dengan ketakutan, berusaha bertahan hidup, atau tunduk pada tekanan.

Burung putih yang dipeluknya menjadi simbol harapan, meski nyaris hancur oleh beban kekuasaan.

Baca Juga: Tim Dosen ISI Surakarta Kunjungi UMKM Desa Bagor, Siapkan Ajuan Hibah 2026

“Saya tidak ingin menggambarkan pahlawan. Saya ingin menampilkan manusia biasa yang harus bernegosiasi dengan rasa takut, karena di situlah realitas kita,” ujar Dedok saat ditemui di sela pameran.

Kekerasan yang Dilegalkan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X