Dedok menegaskan bahwa kekerasan tidak selalu hadir dalam ledakan besar.
Baca Juga: Ini 10 Destinasi Wisata Favorit di Solo Raya yang Wajib Dikunjungi saat Libur Nataru
Dalam karyanya, hujan proyektil turun perlahan, berulang, dan dilegalkan.
"Visual ini menjadi kritik politis: kekerasan struktural sering kali tampak biasa, bahkan dekoratif, hingga publik lupa bahwa ia terus melukai," beber Bro Matra.
Tradisi sebagai Alat Kritik
Baca Juga: Jawa Tengah Siap Sambut 8,5 Juta Wisatawan di Libur Nataru, Lima Wilayah Jadi Magnet Utama
Bahasa visual Dedok meminjam idiom tradisi Bali—ornamen, stilisasi, dan ritme visual—namun bukan untuk nostalgia.
Tradisi dijadikan alat pembongkar realitas kontemporer. Dengan komposisi padat dan teknik teliti, Dedok memaksa penonton menghadapi ketidaknyamanan, bukan sekadar menikmati keindahan.
“Tradisi bagi saya bukan museum. Ia adalah pisau bedah untuk membuka kenyataan hari ini,” tambahnya.
Baca Juga: Tangis Warga Desa Juara: Kehilangan Kebun, Harapan Pendidikan Anak Terancam
Arsip Visual Perlawanan
Karya Dedok tidak menawarkan solusi, melainkan kesaksian: tentang tubuh yang dikendalikan, kemanusiaan yang bernegosiasi dengan rasa takut, dan harapan yang tetap dipeluk meski nyaris remuk.
Kurator pameran, Ni Luh Putu Ayu, menegaskan karya Dedok adalah pengingat keras bahwa seni tidak boleh berhenti pada estetika.
Baca Juga: Pengungsi Banjir di Paya Cukai Langkahan Butuh Pertolongan, Relawan Minta Tim Kesehatan Segera Turun
“Karya ini adalah arsip visual perlawanan. Ia mengingatkan kita bahwa seni bukan pelarian, melainkan cara paling jujur untuk menghadapi kenyataan,” ujarnya.**
Artikel Terkait
Pelukis Magelang I Made Arya Dwita Dedok dan Grace Tjondronimpuno Ikuti Pameran Pertukaran Seni Rupa Internasional Tokyo 2024
Umat Hindu Warga Pasek Gelgel Bali Gelar Doa di Candi Siwa, Dedok Melukis Garuda of Love from Prambanan
Happening Art I Made Arya Dedok di Nawasanga Forest Art Camp#9 Candimulyo Magelang
Art Performing I Made Arya Dwita Dedok di HK Fun Run 2024, Melukis On the Spot 'Spirit Diponegoro Langkah Keemasan'
6 Perupa Indonesia Ikuti Pameran The Wonder Art Exhibition di Kamboja, Dedok dan Grace Terbang ke Phnom Penh
I Made Arya Dedok Bawa Tarian 'Manusia Pohon Penuh Cinta' ke Who Wears Whom: The Masks of Southeast Asia