Festival Budaya Moyeng Nungsung Surya, Memberi Energi Baru bagi Hidup dan Kehidupan Bersama sang Surya

photo author
- Sabtu, 16 September 2023 | 20:25 WIB
Pak Jumadi memainkan siter sembari mas kuncung membawa caping sambil mengekspresikan gerak yang lentur di puncak Moyeng dalam Festival Budaya Moyeng Nungsung Surya. (Foto: Istimewa)
Pak Jumadi memainkan siter sembari mas kuncung membawa caping sambil mengekspresikan gerak yang lentur di puncak Moyeng dalam Festival Budaya Moyeng Nungsung Surya. (Foto: Istimewa)

SENANGSENANG.ID - Sejumlah seniman, budayawan, dan masyarakat Moyeng, Banaran Pendoworejo Girimulyo Kulon Progo membaur dalam Festival Budaya Moyeng 'Nungsung Surya'.

Agenda yang dihelat di Bukit Moyeng Kulon Progo Daerah lstimewa Yogyakarta, pada tanggal 12 - 13 September 2023 lalu melahirkan energi positif kebudayaan.

Sebagaimana ujubnya, Festival Budaya Moyeng Nungsung Surya dimulai pukul 05.00 WIB.

Baca Juga: Sukses dengan KKN Desa Penari, Manoj Punjabi Rilis Kisah Tanah Jawa Pocong Gundul

Dihadiri warga masyarakat Moyeng, seniman lukis Kulon Progo dan Yogyakarta, seniman tari, sastrawan/ penyair, pemain siter, dan praktisi yoga, serta anggota pramuka dari beberapa sekolah di Kulon Progo.

Mereka membaur dalam perjamuan budaya, menyambut terbitnya sang surya.

Sang sumber energi tak tergantikan dalam kehidupan mahkluk di muka bumi ini.

Kehadiran matahari pagi, juga diyakini menjadi energi yang selalu baru setiap harinya, menjadi penyemangat dan harapan baru membangun hidup dan kehidupan.

Setelah genduri Nungsung Surya berpoto bersama, dari kiri Totok Baroto dan ibu, Samsu P Wahyu, Mbah Gito, Godod Sutejo, Priyo Mustiko, Mbah Gito putri, Rois Sutiyo, ibu Dian, Eko Saputro dan Sugut.
Setelah genduri Nungsung Surya berpoto bersama, dari kiri Totok Baroto dan ibu, Samsu P Wahyu, Mbah Gito, Godod Sutejo, Priyo Mustiko, Mbah Gito putri, Rois Sutiyo, ibu Dian, Eko Saputro dan Sugut. (Foto: Istimewa)

Dan Nungsung Surya menjadi sebuah simbol yang disadari bersama untuk menggapai sebuah harapan baru dan memberinya energi bagi perjalanan hidup semua insan tanpa batasan.

Seniman, budayawan, sastrawan, musisi, anggota Pramuka, warga masyarakat Moyeng menjadikan peristiwa budaya ini sebagai energi yang tetap menerangi lini kehidupan.

Mereka pun menyambut kehadiran sang surya dengan dalam sebuah fragmen budaya di hadapan matahari.

Baca Juga: Kisah Tanah Jawa Pocong Gundul, Diangkat dari Kisah Nyata Kasus Kesurupan di Sebuah Sekolah di Kota Jogja

Para seniman khususnya pelukis mengambil porsi durasi lebih lama untuk 'menyembah' matahari, menorehkan kuas dalam sapuan warna di atas kanvas.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X