Meriah! Tradisi Syawalan Bukit Sidoguro Rawat Warisan Budaya Klaten, Ribuan Porsi Ketupat Opor Dibagikan

photo author
- Rabu, 17 April 2024 | 18:17 WIB
Ribuan warga memadati Bukit Sidoguro untuk mengikuti puncak tradisi syawalan pada Rabu 17 April 2024. (MC Kab. Klaten)
Ribuan warga memadati Bukit Sidoguro untuk mengikuti puncak tradisi syawalan pada Rabu 17 April 2024. (MC Kab. Klaten)

SENANGSENANG.ID - Ribuan warga Klaten Jawa Tengah memadati Bukit Sidoguro untuk mengikuti puncak tradisi syawalan pada Rabu 17 April 2024, yang digelar setiap hari ketujuh di bulan Syawal dalam penanggalan Islam.

Rangkaian acara dimulai dengan kirab gunungan ketupat, dari pintu masuk bukit Sidoguro.

Bupati Klaten Sri Mulyani dan Wakil Bupati Yoga Hardaya beserta jajaran Forkopimda Kabupaten, turut serta dalam arakan gunungan ketupat menuju amphiteater bukit Sidoguro.

Baca Juga: Software Update Galaxy Tab S9 Series, Galaxy AI Bikin Produktivitasmu Tambah Menyala! Ini Rahasianya

Setibanya di tempat, rombongan bupati disambut tari kreasi dari Sanggar Omah Wayang.

Usai sambutan dan doa bersama, arak-arakan gunungan ketupat yang dihias dengan aneka sayur dan buah, memasuki amphiteater Bukit Sidoguro secara berurutan.

Pada barisan awal, Duta Pariwisata Kabupaten Klaten yang membawa udik-udikan dalam keranjang janur.

Baca Juga: Jadwal Bioskop Platinum Cineplex Solo Rabu 17 April 2024, Tiga Film Baru Siap Menghiburmu Hari Ini

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Klaten, Sri Nugroho menyampaikan, pada tahun ini terdapat 25 gunungan ketupat hasil sumbangan beberapa instansi, baik pemerintahan maupun nonpemerintahan.

Selain itu, pihaknya juga menyediakan 1.000 porsi ketupat opor siap santap, untuk dibagikan kepada masyarakat yang hadir dalam tradisi tahunan ini.

Tradisi ini digelar sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya nenek moyang berupa ketupat lebaran.

Baca Juga: Jadwal Bioskop NSC Salatiga Rabu 17 April 2024, Badarawuhi di Desa Penari Makin Seram Menghantui

"Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa memiliki makna ngaku lepat atau mengakui kesalahan, yang dilanjutkan dengan saling memberikan maaf,” paparnya.

Menurutnya, tradisi yang mengambil tema Ngapura Ing Ngapura Tumuju Ing Fitri itu, juga sebagai bentuk promosi pariwisata di Kabupaten Klaten.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X