SENANGSENANG.ID - Keberadaan seni keprajuritan atau bregada rakyat memperkuat ciri khas seni tradisi di DIY.
Menurut Ketua Sekber Keistimewaan DIY sekaligus ketua panitia Festival Bregada Rakyat (FBR DIY) Widihasto Wasana Putra, maraknya kemunculkan bregada rakyat berbasis kewilayahan kampung dan kalurahan menambah kekhasan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa.
Fenomena bregada rakyat hanya dijumpai di DIY. Di tempat lain yang memiliki sejarah wilayah kerajaan, keberadaan bregada rakyat tidak dijumpai.
Menurut Widihasto setidaknya ada tiga nilai penting. Pertama memberikan kesempatan kelompok bregada rakyat tampil di depan publik yang cakupannya lebih luas.
"Jika biasanya kelompok bregada rakyat hanya tampil di event lokal kewilayahan dusun atau kabupaten kota maka di FBR DIY mereka bisa bersanding dan bertemu dengan peserta dari seluruh wilayah DIY. Hal ini merupakan tantangan tersendiri yang menarik" katanya.
Nilai kedua adalah FBR DIY memperkokoh ciri khas keistimewaan DIY. Sebab keberadaan seni keprajuritan rakyat hanya ditemukan di DIY.
Baca Juga: Kisah 10 Tahun Basuki Hadimuljono di Kementerian PUPR Ditulis dalam Buku Berjudul 'Delivered'
Di daerah-daerah lain yang dulunya bekas wilayah Kerajaan keberadaan bregada rakyat tidak ditemukan.
"Hanya di DIY masyarakatnya melakukan kreasi dan inovasi dengan mengembangkan imitasi bregada kerajaan. Tentu hal ini menjadi penanda penting nilai keistimewaan DIY," terangnya.
Hal ketiga keberadaan seni keprajuritan rakyat turut andil dalam menggerakkan ekonomi pengrajin busana adat Jawa.
"Hitung saja jika busana satu orang pelaku seni keprajuritan mulai dari blangkon atau topi, sorjan atau beskap, rompi, lontong kamus, kain, celana, sepatu atau sandal tali, belum asesoris pendukung seperti bendera atau dwaja, tombak, keris, peralatan musik."
"Taruhlah satu orang 500 ribu. Satu kelompok bregada rakyat rata-rata 30 orang. Maka sudah ada potensi belanja sedikitnya 15 juta. Data dari teman-teman Bregada Rakyat Sleman Sembada saja, disana terdapat 400 kelompok bregada dan semuanya sudah memiliki nomor induk kesenian. Sehingga terdapat potensi produksi busana senilai 6 milyar. Sebuah ungkitan ekonomi yang signifikan," papar Widihasto.**
Artikel Terkait
Wayang Jogja Night Carnival Masih Punya Daya Pikat, Ribuan Warga Tumplek Blek Nonton WJNC 2024 Gatotkaca Wirajaya
Melukis dengan Mulut dan Kakinya, Agus Yusuf Pameran Tunggal 'A Bright Tomorrow' di Kumpeni Coffee Art Space
Wiwitan Gugus Bagong Tandai Wajah Baru Padepokan Seni Bagong Kussudiardja
Pentaskan 'Tuyul', Sanggar Teater Joglo Bintang Sukses Hebohkan Argomulyo Bantul
Happening Art I Made Arya Dedok di Nawasanga Forest Art Camp#9 Candimulyo Magelang
Catat Dab, Minggu 27 Oktober 2024 Sebanyak 30 Kelompok Bregada Rakyat Bakal Padati Jalan Kenari Yogyakarta