Wa laa tahinuu wa laa taḥzanui wa antumul-a'launa in kuntum mu`miniin.
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."
Ibnu Katsir di dalam karyanya kitab Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim menjelaskan bahwa ayat ini melarang orang bersikap lemah dan patah semangat terhadap setiap kesulitan yang dialami di dalam kehidupan ini.
Dan sikap optimistis menjadi salah satu solusi yang tepat sehingga kita mampu menghadapi setiap permasalahan yang terjadi karena-Nya.
Beberapa hal yang mendukung sikap optimis dalam menghadapi kesulitan atau cobaan
Pertama: Kesulitan/ujian itu tidak selalu berdampak buruk./
Allah SWT meyakinkan umat-Nya dalam Surat Al Baqarah ayat 216.
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Wa 'asaa an takrahuu syai`aw wa huwa khairul lakum, wa 'asaa an tuḥibbuu syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallahu ya'lamu wa antum laa ta'lamuun.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Tumbuhkan sifat optimis dengan, belajar melihat peristiwa dari sisi baiknya.
Baca Juga: Bangun Pusat Pelatihan Sepak Bola Timnas di IKN, PUPR Cetak Rekor MURI
Kedua: Kesulitan/ujian tidak melebihi kekuatan manusia.