Hadir juga dalam Dialog Budaya yang dimoderatori K.M.T Reksoprabowo ini Filolog Dr. Sri Ratna Saktimulya yang mengupas terkait Larad , Akar Perbuatan Buruk Manusia dalam Perspektif Sestra Ageng Adidarma.
Menurut pemilik nama paringan Dalem Nyi Mas Tumenggung Sestrorukmi yang juga Pustakawati Perpustakaan Widyapustaka Pakualaman ini, Sestra Ageng Adidarma merupakan teks yang memiliki genre piwulang memuat ajakan untuk introspeksi diri sehubungan dengan kebiasaan membaca, anjuran agar hendaknya nasehat dapat dipahami dirasakan dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
"Selain itu dalam teks juga ada paparan berbagai gelar perang, sifat dan sikap raja-raja, punggawa serta perempuan ideal, watak baik dan buruk serta bermacam dongeng," urai Saktimulya.
Lebih lanjut disampaikan Saktimulya, membahas Sestra Ageng Adidarma tentunya juga akan membicarakan Sestradi yaitu konsep bersistem berupa 21 butir watak baik dan 21 butir watak buruk.
Berdasarkan konsep bersistem, Sestradi dapat dikatakan sebagai cara pandang untuk suatu tujuan atau kelangsungan hidup bagi generasi penerus.
"Sestradi dapat disebut sebagai ideologi Pakualaman yang menjiwai berbagai aspek kehidupan dan kelembagaan dalam hal kesusasteraan, kesenian, kepemimpinan," jabarnya.
Jika dianalogikan sebagai Pohon Karakter Sestradi bila diibaratkan akar, ia mewakili fondasi karakter meliputi prinsip-prinsip hidup, keyakinan dan pengalaman dasar yang menanamkan landasan kuat pada diri seseorang.
Sedangkan sebagai batang, struktur utama karakter merupakan sifat dasar yang terlihat dari luas. Batang menjadi penopang sekaligus menghubungkan akar dengan cabang dan dahan serta cabang merupakan manisfestasi karakter yang lebih spesifik dan berkembang.
Liputan: Teguh Priyono