Dari Rakernas LPTNU di Medan, Ini 3 Pesan Kunci Memajukan Pendidikan yang Disampaikan Wapres dan Para Tokoh

photo author
- Minggu, 12 Maret 2023 | 07:48 WIB
Rakernas LPTNU di Medan. (Humas SEVIMA)
Rakernas LPTNU di Medan. (Humas SEVIMA)

SENANGSENANG.ID - Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) sudah berngsung dengan sukses dan lancar di Medan.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dari Rabu (08/03) hingga Jumat (10/03) yang dihadiri 1.000 pimpinan, guru besar, dan civitas akademika NU se-Indonesia.

Acara ini dibuka Wakil Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. (H.C.) K. H. Ma'ruf Amin, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, Menteri Sekretaris Negara Prof. Pratikno, Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Prof. Yudian Wahyudi, serta Puluhan Direktur Jenderal, Direktur, dan Pejabat Negara.

Baca Juga: Kendaraan Listrik Jadi Idaman, Blibli Hadirkan Pilihan Lengkap dan Penawaran Spesial di Ajang GJAW Jakarta

Beragam peluang dan tantangan untuk memajukan pendidikan, dibahas dan dicari solusinya dalam Rakernas yang mengambil tema 'Merawat Jagat, Membangun Peradaban dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi' ini.

Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menyebutkan, dengan ratusan juta kader dan santri NU yang tersebar di seluruh Indonesia, masalah pendidikan negeri ini bisa diselesaikan bersama-sama.

Berikut, tiga pesan kunci untuk kemajuan pendidikan, dari Rakernas LPTNU:

1. Kampus Perlu Jalin hubungan dengan Dunia Usaha atau Industri

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendorong Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama untuk mengembangkan hubungan dan kemitraan dengan dunia usaha atau industri.

Agar keduanya dapat maju bersama dengan mengembangkan sumber daya dan potensi lokal di tiap-tiap daerah lokasi PTNU.

Baca Juga: Geger Gedhen! PPATK Temukan Transaksi Janggal di Sejumlah Kementerian, Mahfud MD Bilang Begini

Senada Menteri Sekretaris Negara Pratikno juga menyebutkan bahwa kolaborasi dengan dunia usaha atau industri, akan mengakselerasi pengembangan Perguruan Tinggi NU.

Karena keuangan negara maupun lembaga NU pastinya terbatas jika dibandingkan kebutuhan pendidikan yang sangat besar.

"Menjadi rektor itu manajer, bukan scholar (urusan akademik), dan harus memikirkan uangnya (untuk pengembangan pendidikan tinggi) itu dari mana."

"Ini tidak bisa didekati (diselesaikan) dengan cara-cara yang biasa. Mau tidak mau harus konsolidasi (hubungan dunia usaha atau industri dengan kampus)!," ungkap Pratikno.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sinatriyandika Harumawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X