“Sekolah Rakyat semangatnya adalah memberikan pendidikan kepada anak-anak yang kurang mampu secara umum,” ujar Fauzan.
Baca Juga: Aliansi Masyarakat Ini Kritik Keras BGN! Sebut Ada Jual Beli Titik Dapur MBG
Jika Sekolah Garuda menitikberatkan pada pengembangan potensi unggul di wilayah 3T, maka Sekolah Rakyat lebih fokus pada pemerataan akses, yaitu agar tak ada anak Indonesia yang tertinggal dari sisi pendidikan, apa pun kondisi ekonominya.
Dengan demikian, kedua program ini saling melengkapi: Sekolah Rakyat membuka jalan bagi pemerataan, sementara Sekolah Garuda mencetak bibit unggul dari berbagai penjuru negeri.
16 Sekolah Garuda Diperkenalkan Serentak
Baca Juga: Sudah Diuji Coba, Malioboro Bakal Bebas Kendaraan Bermotor 24 Jam
Dalam peluncuran perdananya, pemerintah memperkenalkan 16 Sekolah Garuda yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sebanyak 12 di antaranya merupakan sekolah transformasi, seperti SMAN 10 Fajar Harapan (Aceh), SMA Unggul Del (Sumatera Utara), SMA Taruna Nusantara (Jawa Tengah), dan SMA Averos Sorong (Papua Barat Daya).
Sementara empat sekolah baru tengah dibangun di Belitung Timur, Timor Tengah Selatan (NTT), Konawe Selatan (Sulawesi Tenggara), dan Bulungan (Kalimantan Utara).
Baca Juga: Setelah Sekolah Rakyat, Pemerintah Hadirkan Sekolah Garuda di 16 Lokasi Ini
Menurut Mendikti Saintek Brian Yuliarto, pembangunan satu Sekolah Garuda baru memerlukan dana sekitar Rp200 miliar, dengan empat sekolah ditargetkan beroperasi pada tahun ajaran 2026.
Dua Jalur, Satu Tujuan
Meski berbeda fokus, baik Sekolah Garuda maupun Sekolah Rakyat berangkat dari satu visi besar: memastikan semua anak Indonesia mendapat kesempatan pendidikan yang layak.
Baca Juga: 9 Hari Evakuasi Ponpes Al Khoziny: Basarnas Resmi Tutup Pencarian, Korban Meninggal Dunia 67 Orang
Sekolah Rakyat memperkuat pondasi akses, sementara Sekolah Garuda menyiapkan generasi unggul yang siap bersaing di level nasional maupun global.