entertainment

Jogja International Disability Art Biennale 2023 'Interchange' Digelar 9 Hari di Galeri RJ Katamsi ISI Jogja

Jumat, 13 Oktober 2023 | 16:24 WIB
Jogja International Disability Art Biennale 'Interchange' digelar di Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta 13 - 21 Oktober 2023. (Foto: Agoes Jumianto)

SENANGSENANG.ID - Pameran seni rupa internasional disabilitas dua tahunan (biennale) kembali digelar Yayasan Jogja Disability (JDA) untuk kali kedua di 2023.

Mengambil tema 'Interchange', Jogja International Disability Art Biennale (JIDAB) 2023 digelar di Galeri RJ Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, 13 - 21 Oktober 2023.

Pameran diikuti 54 seniman disabilitas dari berbagai negara dan daerah seperti Yogyakarta, Surabaya,  Madiun, Jakarta, Lampung, Banten, Bandung, Bali, Cirebon, Magetan, Pandeglang, Purworejo, Bengkulu, dan Demak.

Baca Juga: Alasan KPK Jemput Paksa Syahrul Yasin Limpo, Khawatir Melarikan Diri dan Hilangkan Barang Bukti

Sebanyak 17 seniman diantaranya datang dari negara Australia, Inggris, Brazil, Singapura, Nigeria, New Zeland, Korea Selatan, Kairo, Philipina, Kroasia, dan Uni Emirat Arab.

"Mereka menyuguhkan 67 karya seni rupa dua dimensi, video, dan instalasi," jelas Budi Irawanto membuka pembicaraan dalam press conference di Galeri RJ Katamsi, Jumat 13 Oktober 2023.

Selain Budi Irawanto (Pengajar UGM), kurator pameran JIDAB 2023 juga melibatkan Vina Puspita (Inggris),  Mattew Clay-Robinson (New York Amerika Serikat), Sukri Budi Dharma (Jogja Disability Arts), dan Nano Warsono (ISI Yogyakarta).

Press conference Jogja International Disability Art Biennale 'Interchange' digelar di ruang Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta, Jumat 13 Oktober 2023. (Foto: Agoes Jumianto)

Dibeberkan Budi, yang melatarbelakangi pameran ini karena adanya pertautan antara seni dan disabilitas yang memiliki banyak dimensi.

Seni menjadi medium untuk merepresentasikan kondisi disabilitas. Bagi penyandang disabilitas, seni merupakan medium ekspresif sebagai sarana menemukan kedirian maupun ketubuhan mereka.

Selain itu, dalam tataran yang lebih luas, seni menjadi perangkat untuk mendorong kepedulian publik terhadap Isu-isu yang berkaitan dengan disabilitas.

Baca Juga: Pabrik Tisu di Mojokerto Terbakar, Puluhan Pemadan Dikerahkan hingga Jam 8 Malam Api Belum Bisa Dijinakkan

Meski demikian, seni semestinya tak berhenti pada Ikhtiar membuka kesadaran publik terhadap perkara disabilitas, tapi seni juga membuka ruang kolaborasi antara kalangan penyandang disabilitas dan bukan penyandang disabilitas.

Melalui kolaborasi seni itu akan terjadi pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi disabilitas serta membuka ruang dialog yang lebih leluasa dalam melihat persoalan disabilitas.

Halaman:

Tags

Terkini