“Program ini sangat efektif untuk pendidikan karakter. Anak-anak jadi lebih semangat belajar, berlatih, dan pantang menyerah,” ujar Maulana.
Baca Juga: Dibanderol Rp1 Jutaan, Ini Spek dan Keunggulan Vivo Y19s yang Ternyata Sudah Dipasarkan di Indonesia
Setelah Nobar, banyak sekolah mulai tertarik membentuk grup angklung, dan para guru serta orang tua bertanya tentang cara membeli alat musik angklung dan mengundang pelatih.
Agita mengapresiasi inisiatif ini karena mendukung Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa.
Maulana juga mengumumkan penyelenggaraan Angklung Fest, festival yang melibatkan kategori unik, seperti anak-anak, perempuan, difabel, dan lansia.
Kompetisi ini bertujuan memperluas partisipasi masyarakat dalam melestarikan budaya.
Baca Juga: Pegadaian Liga 2: Diwarnai Kontroversi, Gol Eky Gagalkan Kemenangan Persiku atas Nusantara United
Meski telah mencapai kesuksesan internasional, Maulana mengungkapkan bahwa tim masih menghadapi kendala finansial besar, dengan tunggakan sebesar Rp850 juta.
Biaya paling besar berasal dari tiket pesawat, yang harus mereka hemat dengan melakukan perjalanan darat berisiko.
“Kami bahkan pernah menyeberangi salah satu padang pasir terbesar di dunia menggunakan bus untuk menghemat biaya,” kenangnya.
Baca Juga: Jalan Tol Solo-Jogja Segmen Kartasura-Klaten Resmi Bertarif, Terendah Rp3.500 Berikut Rinciannya
Agita berharap, persoalan ini dapat diatasi dengan bantuan dari pihak-pihak terkait.
“Saya berkomitmen untuk membantu menjembatani kebutuhan Tim Muhibah Angklung dan mencari solusi terbaik bersama,” kata Agita.**