Dukungan dari pemerintah lokal pun sangat kuat. Kepala Jawatan Projo Kapanewon Ponjong, Suyatno, memberikan apresiasi tinggi terhadap program ini.
Ia mengungkapkan, mayoritas masyarakat Ponjong adalah peternak yang sangat membutuhkan pakan ternak berkualitas dan tahan di lahan kritis.
"Saya sendiri sudah menanam Indigofera sejak dulu di Girisubo. Tanaman ini sangat tahan banting, tetap tumbuh meski di musim kemarau."
"Kami berharap program ini bisa diperluas ke Kelurahan lain seperti Sumbergiri, Sawahan, dan Tambakromo," katanya.
Baca Juga: Momen Iduladha 2025, PWI DIY Sembelih 10 Ekor Kambing
Menurut Suyatno, program ini bukan sekadar konservasi tanaman, tapi juga membuka peluang ekonomi baru yang dapat memperbaiki struktur ekosistem di wilayah yang rawan kekeringan.
Dengan begitu, masyarakat tidak hanya terbantu dari sisi lingkungan, tapi juga dari sisi pendapatan.
Vice President Transisi Energi dan Perubahan Iklim PLN, Anindita Satria Surya menjelaskan, program pelatihan ini telah berjalan selama dua tahun dan menunjukkan hasil yang menggembirakan.
"Lebih dari 175.000 pohon multifungsi sudah tumbuh subur, terutama Indigofera yang sekarang rata-rata sudah mencapai tinggi 4 meter dan siap untuk dipruning," ungkapnya.
Dulu warga bahkan sampai harus menjual sapi demi memberi makan ternak, kini kebutuhan pakan ternak sudah mulai bisa dipenuhi secara mandiri.
"Ini sebuah transformasi nyata," ucapnya.
Anindita juga menyoroti potensi ekonomi berlapis dari tanaman Indigofera, selain sebagai pakan ternak dan bahan bakar biomassa, tanaman ini juga sedang dikembangkan sebagai bahan pewarna alami batik.