SENANGSENANG.ID - Belum lama ini beredar konten dimedia sosial yang menyebut bahwa ulat berbulu dapat menyebabkan kematian dalam waktu empat jam setelah menyuntikkan racunnya.
“Faktanya memang beracun, tapi tidak ada fakta yang menyebutkan kalau ulat bulu bisa membunuh manusia. Hoaks itu,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan M Syahril melalui keterangan resminya dikutip Rabu 28 Februari 2024.
Dijelaskan Syahril, jika terkena sengatan ulat berbulu ini, hal pertama kali harus dilakukan adalah mencuci area tubuh yang terkena sengatan dengan sabun dan air untuk mengurangi rasa sakit.
Anda juga disarankan menggunakan krim anti-gatal jika sengatan mulai terasa gatal.
“Segera ke dokter sekiranya ada alergi terhadap gigitan serangga atau jika dirasa gejala terasa lebih parah," kata Syahril.
Faktanya ulat yang dimaksud merupakan puss caterpillar atau ulat kucing atau ulat asp yang banyak ditemukan di wilayah selatan Amerika Serikat.
Baca Juga: Real Count KPU Sudah 77.47%, Prabowo-Gibran Kumpulkan 75.032.425 Suara atau 58.84%
Ulat ini dapat tumbuh dengan panjang sekitar 1 inci dan ditutupi oleh bulu berwarna abu abu dan oranye.
Ulat ini memiliki kelenjar racun yang terletak di dasar tubuh dan tersembunyi di antara bulunya yang lebat.
Sengatan ulat ini dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap orang.
Baca Juga: Segini Penghasilan Bob Marley One Love yang Masih Bertengger di Puncak Box Office
Sengatan ulat ini hanya berbahaya bagi orang yang menderita reaksi ekstrem terhadap gigitan serangga.**
Artikel Terkait
Seperti Syuting Film! Fenomena Langka Hujan Lokal Cuma Mengguyur Satu Rumah, Begini Penjelasan BMKG
Viral Sejumlah Perempuan Cantik di Padang Beri Minuman Keras ke Kucing, Hendak Kabur ke Riau Diciduk Warga
Torang Hebat! Soul of Sail Teluk Cenderawasih Pesona Papua Digelar Meriah di Bundaran HI
Meriah Pol! Ribuan Anggota Komunitas Sepeda Tua se-Indonesia Ikuti Jogja Republik Onthel
Pasar Prawirotaman Yogyakarta, Terbaik Kedua Pasar Pangan Berbasis Komunitas Tingkat Nasional
BPA di Galon Isi Ulang Berbahaya bagi Kesehatan Manusia, Ahli Teknologi Plastik: Itu Hoaks