Unggahan tersebut menarik perhatian kolektor dari Jepang, Amerika Serikat, hingga Eropa.
“Awalnya hanya melihat lewat media sosial, tapi lama-lama mereka memesan, bahkan datang langsung ke Lumajang,” ujarnya.
Bagi kolektor, Watu Semeru dipercaya memiliki grounding energy yang diyakini mampu menyeimbangkan pikiran dan emosi.
Baca Juga: Suarajiwa Tur Konser Kolaboratif Rayakan 75 Tahun Hubungan Prancis–Indonesia, Hari Ini di Ngayogjazz
Identitas Baru Lumajang
Fenomena meningkatnya minat terhadap Watu Semeru membawa angin segar bagi Lumajang.
Kerajinan batu perlahan muncul sebagai identitas baru daerah, melengkapi potensi pariwisata alam yang sudah lebih dulu dikenal.
Dalam budaya Jawa, batu dipandang memiliki nilai spiritual sebagai simbol harmonisasi manusia dan alam.
Baca Juga: Deredia Rayakan Satu Dekade dengan Single 'Pernah Muda'
“Batu itu seperti titipan Semeru untuk manusia. Kalau dirawat dengan hati, bisa membawa rezeki,” ujar Jhony.
Kini, bengkel kecil miliknya menjadi tempat belajar bagi pemuda desa.
Mereka mempelajari teknik pemolesan sekaligus nilai budaya yang terkandung dalam Watu Semeru.
Jhony berharap warisan ini dapat terus dijaga dan dikembangkan generasi muda.
Baca Juga: Polemik Keracunan Program Makan Bergizi Gratis, 211 Kasus Jadi Sorotan
Dukungan Pemerintah dan Dunia Seni
Artikel Terkait
Cerita Nelayan Cirebon Tak Sengaja Jaringnya Nyangkut Harta Karun Rp720 Miliar di Laut Jawa
41 Persen Perusahaan Bakal PHK Massal hingga 2030 Imbas AI yang Kian Marak Dipakai Dunia Kerja Global
Viral Video Rektor UI Challenge Kumpulkan Uang Saat Wisuda: Mari Kita Raih Rp8 Miliar
Tren Foto Polaroid dengan Masa Kecil, Jadi Ajang Netizen Curhat soal Impian Hidup hingga Pesan Permintaan Maaf
Kendati Terkesan Menggelitik, Ada Makna Serius dan Mendalam di Balik Tren Tepuk Sakinah
5 Fakta di Balik Bola Api Misterius di Langit Cirebon: BRIN Sebut Meteor, BMKG Kumpulkan Data