Keterbatasan ekonomi tak membuatnya berhenti berbuat baik. Ia menegaskan, bila tak mampu membantu dengan uang, tenaga pun bisa dikorbankan.
Baca Juga: Wisatawan Lansia dari Surabaya Dipalak di Banyuwangi, Bayar Rp150 Ribu untuk 'Pengawalan Bus'
“Tak bisa kita bantu dengan uang, bisa kita bantu dengan tenaga,” pungkasnya.
Kisah ini menjadi simbol kuatnya semangat gotong royong dan kemanusiaan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana.
Respons Warganet
Warganet mengekspresikan rasa haru dan kagum, menyebut pemuda itu sebagai sosok yang tulus dan inspiratif.
Banyak yang menilai tindakannya sebagai contoh nyata kepedulian sosial, di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
Ada pula yang mengajak masyarakat untuk meneladani sikapnya, dengan membantu sesuai kemampuan masing-masing.
Baca Juga: Sandstorm Of Youth Rilis Single 'Galat', Catatan Jujur tentang Hidup yang Tak Selalu Selaras
Komentar Tokoh Lokal
Selain warganet, tokoh masyarakat Aceh juga memberikan pandangannya.
Amiruddin Abdullah Reubee, tokoh Aceh, menyoroti bahwa penanganan banjir masih terseok-seok dan masyarakat sering kali harus bertahan dengan keterbatasan.
Dalam konteks itu, aksi pemuda ini dianggap sebagai bukti bahwa solidaritas warga lebih cepat bergerak dibanding birokrasi.
Artikel Terkait
Solidaritas di Tengah Bencana: Warga Medan Selamatkan Anabul yang Merintih Terjebak Banjir
Tangis Suami di Balik Tragedi Kebakaran Gedung Terra Drone, Istri Hamil Tua Terjebak di Lantai Lima
Kisah Pilu di Balik Kebakaran Terra Drone: Ibu Hamil Jadi Korban, Pakar Soroti Perlindungan Pekerja Perempuan
Bocah di Pengungsian Aceh Bikin Haru Relawan: Satu Lagi untuk Mamak
Bocah Pengungsi Aceh Temukan Kebahagiaan dari Madu dan Kurma Aceh
Sepiring Nasi Padang Jadi Momen Bahagia Pengungsi Banjir Aceh Tamiang