SENANGSENANG.ID - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil menemukan lukisan tertua yang ada di Indonesia.
Lukisan tersebut menggambarkan tiga figur menyerupai manusia sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan, terletak di gua kapur di Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Temuan itu dilakukan oleh tim penelitian yang diketuai oleh Adhi Agus Oktaviana, ahli seni cadas Indonesia dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang saat ini sedang menjalani program doktoral (PhD) di Griffith Centre for Social and Cultural Research (GCSCR).
Baca Juga: Siap Meluncur di GIIAS 2024, Ini Bocoran MG Cyberster EV Punya Jarak Tempuh hingga 800 Kilometer
Menurut Oktaviana, penemuan lukisan Leang Karampuang yang telah berumur setidaknya 51.200 tahun yang lalu itu memiliki implikasi penting terkait pemahaman mengenai asal-usul seni paling awal.
Dalam menentukan umur lukisan gua tersebut, tim penelitian mengaplikasikan metode analisis mutakhir melalui ablasi laser U-series (LA-U-series) untuk mendapatkan pertanggalan akurat pada lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas seni hias tersebut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa seni hias di bawah lapisan tersebut memiliki pertanggalan paling awal sekitar 51.200 tahun yang lalu.
Sehingga hal tersebut membuatnya sebagai gambar hias gua tertua di dunia sekaligus narasi seni paling awal yang pernah ditemukan dan diteliti hingga saat ini.
“Hasil yang kami peroleh ini sangat mengejutkan karena belum ada karya seni dari zaman Es Eropa yang terkenal yang umurnya mendekati umur lukisan gua Sulawesi ini, walau ada pengecualian pada beberapa temuan kontroversial di Spanyol. Penemuan ini merupakan seni cadas pertama di Indonesia yang umurnya melampaui 50.000 tahun,” ujar Oktaviana.
Penemuan oleh Oktaviana dan tim Griffith University tersebut mengindikasikan bahwa lukisan gua yang bersifat naratif merupakan bagian penting dalam budaya seni manusia awal Indonesia pada masa itu.
“Pada dasarnya manusia sudah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam bentuk cerita sejak lebih dari 51.200 tahun, namun karena kata-kata tidak bisa menjadi fosil batu maka yang tertinggal hanyalah penggambaran dalam bentuk seni. Temuan di Sulawesi ini adalah bukti tertua yang bisa diketahui dari sudut pandang arkeologi,” ujarnya.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Herry Jogaswara, mengatakan bahwa temuan itu merupakan contoh bagaimana riset arkeologi jangka panjang dan bersifat kolaboratif dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam produksi pengetahuan.