Sosialisasi menghadirkan narasumber Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Karangmojo DPKH Gunungkidul Sumarmi, S.St. yang diwakili oleh Medik Veteriner UPT Puskeswan Karangmojo drh. Retno Firdaus Srifiyati dan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gunungkidul Sidig Hery Sukoco, S.K.M., M.P.H.
Dalam sosialisasinya, Retno menjelaskan, Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) pada ternak penting untuk disampaikan kepada peternak. Di awal tadi, dari UPT Puskeswan Karangmojo juga telah melakukan vaksinasi yaitu Vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Vitamin B-Plex, Anti Nyeri dan Demam dan Obat Cacing di kandang milik kelompok peternak sapi di Jaten Ponjong.
Sedangkan untuk Vaksin Antraks diberikan setiap enam bulan sekali. "Hanya di daerah yang menjadi zona merah antraks," kata dia.
Sementara itu, Sidig menyampaikan, tradisi brandu/purak merupakan kebiasaan masyarakat Gunungkidul yang menyembelih daging hewan ternak yang sudah mati atau kelihatan sakit, kemudian membagi-bagikannya ke tetangga untuk dikonsumsi, supaya tidak sia-sia dagingnya.
Tradisi brandu/purak merupakan bentuk simpati masyarakat terhadap tetangga yang ternaknya mati.
Sudah menjadi budaya, tabungan petani di desa adalah hewan ternak sehingga kematian ternak dianggap musibah.
Jadi brandu/purak merupakan solidaritas membantu meringankan beban pemilik ternak yang terkena musibah.
Daging dijual per paket (biasanya Rp45-50 ribu/paket) dan uang yang terkumpul diberikan ke pemilik ternak yang kesusahan.
Tradisi ini sebenarnya baik karena bertujuan membantu warga yang kehilangan ternaknya agar tidak mengalami kerugian besar.
"Namun, tradisi brandu/purak berisiko membahayakan kesehatan warga karena hewan ternak yang sakit atau mati lalu disembelih itu mengandung bakteri bacillus anthracis sehingga orang yang mengonsumsinya pasti tertular antraks," ungkapnya.
Dijelaskan Sidig, spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks dapat hidup selama 40-80 tahun di dalam tanah dan mampu bertahan dalam suhu berapapun sehingga tetap berbahaya dikonsumsi manusia walaupun telah dimasak/direbus.
Baca Juga: Pamerkan 3 Kendaraan Hybrid di GIIAS 2024, Bukti Komitmen Suzuki Peduli Terhadap Lingkungan
Artikel Terkait
Peternakan Hewan Terintegrasi PT Lembu Setia Abadi Jaya di Balaraja Tangerang Bikin Kagum Mentan Amran Sulaiman
Berawal dari Ayam Tetangga, Abdul Romad Berhasil Budidaya Kelengkeng
Gusdurian Jogja Susur Banguntapan, Kunjungi Rumah Ibadah Rawat Kebhinnekaan dan Toleransi
Peringati Hari Koperasi ke-77 Kota Jogja, yuk Ikutan Donor Darah di PWI DIY Selasa 9 Juli 2024
Touring Kamtibmas Polsek Kota Kudus Mempererat Sinergi dan Solidaritas Jelang Pilkada 2024
PT Djarum Anggarkan Rp4 Miliar untuk Bangun 80 RSLH di Kudus, Wujudkan Hunian Aman, Sehat dan Nyaman