Kelompok Peternak Sapi Pali-Pali Jaya Ponjong Gunungkidul Komitmen Jaga Kesehatan Hewan Ternak

photo author
- Jumat, 26 Juli 2024 | 22:29 WIB
Vaksinasi hewan ternak Kelompok Peternak Sapi Pali-Pali Jaya Ponjong Gunungkidul. (Istimewa)
Vaksinasi hewan ternak Kelompok Peternak Sapi Pali-Pali Jaya Ponjong Gunungkidul. (Istimewa)

Sosialisasi menghadirkan narasumber Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Karangmojo DPKH Gunungkidul Sumarmi, S.St. yang diwakili oleh Medik Veteriner UPT Puskeswan Karangmojo drh. Retno Firdaus Srifiyati dan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gunungkidul Sidig Hery Sukoco, S.K.M., M.P.H.

Baca Juga: Jadwal Bioskop Cinepolis Lippo Plaza Jogja Jumat 26 Juli 2024, yang Lagi Pusing Nonton Aja Catatan Harian Menantu Sinting

Dalam sosialisasinya, Retno menjelaskan, Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) pada ternak penting untuk disampaikan kepada peternak. Di awal tadi, dari UPT Puskeswan Karangmojo juga telah melakukan vaksinasi yaitu Vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Vitamin B-Plex, Anti Nyeri dan Demam dan Obat Cacing di kandang milik kelompok peternak sapi di Jaten Ponjong.

Sedangkan untuk Vaksin Antraks diberikan setiap enam bulan sekali. "Hanya di daerah yang menjadi zona merah antraks," kata dia.

Sementara itu, Sidig menyampaikan, tradisi brandu/purak merupakan kebiasaan masyarakat Gunungkidul yang menyembelih daging hewan ternak yang sudah mati atau kelihatan sakit, kemudian membagi-bagikannya ke tetangga untuk dikonsumsi, supaya tidak sia-sia dagingnya.

Baca Juga: Program Dosen Pulang Kampung, IPB University Adakan Pendampingan Variasi Produk Olahan Ikan Waduk Gajah Mungkur

Tradisi brandu/purak merupakan bentuk simpati masyarakat terhadap tetangga yang ternaknya mati.

Sudah menjadi budaya, tabungan petani di desa adalah hewan ternak sehingga kematian ternak dianggap musibah.

Jadi brandu/purak merupakan solidaritas membantu meringankan beban pemilik ternak yang terkena musibah.

Daging dijual per paket (biasanya Rp45-50 ribu/paket) dan uang yang terkumpul diberikan ke pemilik ternak yang kesusahan.

Baca Juga: Jadwal Bioskop NSC Ultima Purwodadi Grobogan Jumat 26 Juli 2024, Catatan Harian Menantu Sinting Masih Tayang

Tradisi ini sebenarnya baik karena bertujuan membantu warga yang kehilangan ternaknya agar tidak mengalami kerugian besar.

"Namun, tradisi brandu/purak berisiko membahayakan kesehatan warga karena hewan ternak yang sakit atau mati lalu disembelih itu mengandung bakteri bacillus anthracis sehingga orang yang mengonsumsinya pasti tertular antraks," ungkapnya.

Dijelaskan Sidig, spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks dapat hidup selama 40-80 tahun di dalam tanah dan mampu bertahan dalam suhu berapapun sehingga tetap berbahaya dikonsumsi manusia walaupun telah dimasak/direbus.

Baca Juga: Pamerkan 3 Kendaraan Hybrid di GIIAS 2024, Bukti Komitmen Suzuki Peduli Terhadap Lingkungan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X