Buku 'Nyi Beruk Naik Gerobak ke Dawangsari' Diluncurkan, Hidupkan Cerita Lisan Muasal Nama Padukuhan di Sleman

photo author
- Minggu, 29 September 2024 | 11:00 WIB
Peluncuran buku Toponimi Seri 3 berjudul Nyi Beruk Naik Gerobak ke Dawangsari. (Istimewa)
Peluncuran buku Toponimi Seri 3 berjudul Nyi Beruk Naik Gerobak ke Dawangsari. (Istimewa)

SENANGSENANG.ID - Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman mempersembahkan buku Toponimi Seri 3 berjudul "Nyi Beruk Naik Gerobak ke Dawangsari".

Buku Toponimi Seri 3 itu diluncurkan dalam sebuah acara yang digelar di Joglo 2, Desa Wisata Brayut Pendowoharjo, pada Rabu 25 September 2024 lalu.

Peluncuran buku ini dipimpin oleh Kepala Bidang Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni Dinas Kebudayaan Sleman Ignatius Eko Febrianto.

Baca Juga: Update Longsor di Tambang Ilegal Kabupaten Solok, Ini 12 Nama Korban Meninggal Dunia

“Buku ini sangat penting untuk masyarakat dan bermanfaat dalam mengungkap cerita di balik nama-nama padukuhan. Sebelumnya, buku Toponimi seri 2 juga telah diadaptasi menjadi film dokumenter dan dilombakan,” ungkapnya.

Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Kundha Kebudayaan Sleman Ita Kurniawati menjelaskan bahwa buku ini memuat 30 padukuhan dan ditulis oleh 30 penulis dari komunitas Pasbuja Kawi Merapi Sleman.

Tujuannya adalah untuk mendokumentasikan cerita lisan mengenai asal-usul penamaan padukuhan sebagai bagian dari pelestarian dan pengembangan budaya.

Baca Juga: Pj Bupati Resmikan Inovasi Nasi Jangkrik di RSUD Kudus, Upaya Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi

Acara peluncuran juga dimeriahkan dengan bedah buku, yang dimoderatori oleh Wiwien Widyawati Rahayu dari FIB UGM.

Narasumber yang hadir Muhammad Qadhafi membahas buku ini dari perspektif sastra, sedangkan Yulianto Ibrahim membedahnya dari sisi sejarah.

Qadhafi menyoroti bahwa buku ini disajikan dalam bentuk feature yang mengubah cerita lisan menjadi karya sastra.

Baca Juga: Suporter Yaman Siap Adu Berisik dengan Suporter Indonesia di Laga Seru Besok Malam di Stadion Madya

"Apapun dan bagaimanapun isinya yang bersumber dari cerita lisan, tetapi di kemudian hari buku ini bisa menjadi fakta, dan 100 tahun yang akan datang bisa jadi dianggap sebagai naskah kuno," ujarnya.

Sementara itu, Yulianto Ibrahim mengklasifikasikan asal-usul nama padukuhan berdasarkan tokoh, peristiwa, serta benda-benda dan tanaman yang ada.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X