Salah satu peserta yang telah lulus pendidikan S2 menceritakan proses asimilasi warga negara keturunan Tionghoa saat Orde Baru.
Baca Juga: Gempa Bumi Guncang 15 Wilayah Indonesia dalam Semalam, dari Sumatera hingga Papua
Ada yang terasa lucu dalam memilih nama agar terkesan nama Jawa; nama Kasna sebetulnya singkatan dari bekas China.
Adanya fenomena intoleransi akhir-akhir ini baik yang terjadi di Cidahu, Sukabumi maupun di Padang, menurut salah satu peserta karena adanya oknum yang menganggap paling benar.
Sebetulnya mereka hanya mengikuti ilusi tanpa larut dalam ajaran yang benar. Maka, dibutuhkan teladan orang tua kepada anaknya dalam cara pandang dan merefleksikan dalam kehidupan bersama.
Baca Juga: Konser Amal untuk Kemanusiaan: Life, Passion, and Music Volume 4 Siap Digelar di GIK UGM
Acara tersebut menjadi ruang perjumpaan hangat antar individu dan komunitas dari berbagai latar belakang keimanan untuk berbagi cerita, membangun pengertian, dan memperkuat kolaborasi demi masyarakat yang inklusif dan damai.
Partisipasi peserta harapkan sebagai bagian dari langkah bersama dalam merawat keberagaman dan membangun Yogyakarta yang lebih adil dan bersahabat bagi semua.**
(Liputan: Praba Pangripta)
Artikel Terkait
Dialog Karya Kelompok Pendamping Rohani LP dan Rutan Narkoba: Kamulah yang Melawat Aku
Bupati Kulonprogo Memandang Penting Sosialisasi Sejarah dan Nilai-Nilai Kepakualaman, Menyambung Kembali Sejarah Bangsa
Romo Paroki St Petrus Warak Ajak Umat Katolik Memberi Perhatikan kepada Kakek Nenek
TMMD Bukan Sekadar Bangun Desa, Tapi Juga Membangun Jiwa
Guru Muda Katolik Ikuti Young Teacher Growth Camp, Ini Harapan Mereka
Pemuda Katolik DIY Gelar Muskomda 2025 di Gedung DPRD: Tegaskan Komitmen Kader dalam Misi Kebangsaan dan Gerejawi