Kolaborasi ini diharapkan bisa menciptakan dampak lebih luas dalam penanggulangan krisis lingkungan di Indonesia.
Salah satunya dalam penanaman mangrove di pesisir pantai yang dilakukan sejak 2008 di kawasan Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali.
Jumlah bibit mangrove tertanam 1.152,068 pohon, penanamannya melibatkan generasi muda melalui gerakan siap sadar lingkungan (siap darling).
Selain itu, ada juga program konservasi lereng Pegunungan Muria dan Patiayam Kudus yang dimulai sejak 2020 yang melibatkan masyarakat lokal dalam upaya mempertahankan ekosistem dan mencegah terjadinya longsor serta banjir.
Gerakan penghijauan dilakukan untuk kelestarian alam dan selamatkan mata air, serta antisipasi longsor dan banjir.
“Harapannya dapat mempertahankan dan menjaga ekosistem di kedua kawasan tersebut,” kata Ira.
Melalui pendekatan pentahelix yang menggabungkan peran serta BLDF, media massa, perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat, diharapkan langkah-langkah konkret dapat mengurangi dampak perubahan iklim di Indonesia.
Inisiatif ini merupakan contoh nyata dari bagaimana berbagai pihak dapat bekerja sama untuk menghadapi tantangan lingkungan yang semakin besar, serta menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Usai kegiatan dan lokakarya, pegiat lingkungan dan awak media berkesempatan melakukan kunjungan ke lokasi Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) BLDF.
Lokasi PPT berada di kawasan Djarum Kretek Factory di Desa Gondangmanis Kecamatan Bae Kudus dengan luas lahan mencapai 4 hektar.
PPT didirikan dalam upaya mencegah kepunahan tanaman- tanaman.
PPT juga melakukan budidaya dan pembibitan tanaman konservasi dengan jumlah 70 jenis tanaman, baik buah maupun non-buah, seperti trembesi, kenari, mahoni, asam dan randualas.
Dalam kegiatan itu, ditunjukkan kegiatan yang berfokus pada proses perawatan dan pemilihan beragam jenis bibit tanaman.