Para Keynote Speaker memberikan pandangan mendalam mereka. Fathiyya Nur Rahmani (Peneliti Pendidikan PSPK) menekankan pentingnya menciptakan ruang digital yang aman bagi anak-anak dan menyoroti "wabah global penyakit mental" pada remaja akibat penggunaan masif ponsel pintar.
Baca Juga: Eksplorasi Budaya Lewat Pakualaman Heritage Walk Bersama 1O1 Style Yogyakarta
Sheilla Njoto (Associate Director Nation Insights) memberikan pencerahan mengenai bagaimana era digital telah menghapus "penjaga gerbang" informasi dan risiko dari "budaya dopamin", menekankan bahwa sistem pendidikan yang efektif dan aman adalah yang mempertahankan agensi manusia.
Sementara itu, Asep Zulhijar (Child Protection Officer, UNICEF) memaparkan hasil studi UNICEF Indonesia tahun 2023 yang menunjukkan tingginya akses internet pada anak-anak dan berbagai risiko daring yang mereka hadapi.
Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi testimoni autentik dari 8 pembicara anak dan 1 pendamping yang berasal dari latar belakang berbeda-beda:
- Adina Rifaya Tsabita dari Sekolah Murid Merdeka
- Maya Fadhilatussalma dari SMA Negeri 111 Jakarta
- Shasta Nafysha dari SMA Negeri 111 Jakarta
- Chesta Queezell Rayesha dari SMA Negeri 111 Jakarta
- Ainnur Rustin Kurnia Wirahman dari SMA Negeri 111 Jakarta
- Talita Almira Salsabila dari Taman School, siswi SMA Negeri Unggulan M. H. Thamrin
- Ali Akbar Bayunulloh dari Yayasan Teman Saling Berbagi
- Nada Safa Azzahra dari Yayasan Teman Saling Berbagi
- Delalania Septiani, pendamping dari Yayasan Teman Saling Berbagi
Mereka membicarakan bagaimana teknologi sudah menolong namun juga menghambat pertumbuhan mereka sebagai individu, terkhusus di bidang pembelajaran.
Salah satu hal yang menarik, para pembicara anak mengaku jika mereka bisa memutar balik waktu, mereka berharap dapat menunda akses keterpaparan mereka terhadap teknologi digital agar tidak terdampak adiksi dan pengaruh negatif lainnya sejak dini.
Baca Juga: Anggito Abimanyu Terpilih Jadi Ketua Dewan Komisioner LPS Gantikan Purbaya
Diskusi kemudian berlanjut ke sesi Diskusi Terarah (Workshop), di mana peserta dibagi ke dalam 7 kelompok sesuai dengan kategori risiko yang diidentifikasi dalam kajian akademik PP TUNAS.
Mereka secara aktif mengidentifikasi masalah, menganalisis pemangku kepentingan, serta faktor pendukung dan penghambat dalam mewujudkan ekosistem pendidikan digital yang aman.
Melalui sesi Rotasi Kelompok Dinamis, setiap kelompok berotasi untuk memberikan saran dan mencari solusi yang paling mungkin diterapkan berdasarkan pengalaman peserta.
Baca Juga: Ini Dia Deretan Motor Baru yang Siap Meluncur di IMOS 2025
Kegiatan diakhiri dengan Pengembangan Rekomendasi, di mana semua ide dikumpulkan, disintesis, dan disusun menjadi rekomendasi konkret yang dinilai kelayakannya.
Artikel Terkait
Dukung Peningkatan Literasi dan Tingkatkan Kualitas SDM, IFG Gulirkan Program Hibah Buku Bersama Perpusnas
Kadipaten Pakualaman Hibahkan Buku-Buku Sejarah dan Budaya kepada UST Yogyakarta
Nara Kupu Jogja Hadirkan Edukasi Alam Kreatif untuk Anak-Anak di 'Sekolah Alam Nara'
Kudus Jadi Pelopor Nasional Pendidikan Koding dan Kecerdasan Artifisial Sejak Dini, Libatkan Ribuan Guru dan Siswa
Bagikan Seribu Router Internet, Tri dan 1.000 Guru Foundation Buka Akses Digital 400 Sekolah di Pelosok Negeri
Program Dosen Pulang Kampung IPB University 2025: Akselerasi Kualitas Gizi Kerupuk Ikan Wonogiri Berstandar SNI