SENANGSNANG.ID - Konser Maestro yang hadir di gelaran Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) 2025 menjadi sebuah momen penuh makna.
Bagaiana tidak, pertunjukan istimewa ini dihadirkan untuk mengenang dan merayakan warisan seni dari tiga tokoh legendaris Indonesia: Sapto Raharjo, Harry Roesli, dan Djaduk Ferianto.
Konser Maestro bukan sekadar penampilan musik, melainkan ruang penghormatan dan refleksi atas dedikasi ketiganya dalam merawat, menghidupkan, dan mentransformasikan gamelan sebagai medium ekspresi yang merdeka, lintas zaman, dan lintas batas.
Sapto Raharjo, sosok pionir dalam eksplorasi gamelan kontemporer, dihadirkan kembali melalui karya-karyanya yang dibawakan oleh Komunitas Gayam 16, kelompok karawitan yang turut ia dirikan dan bina.
Dengan semangat eksperimentatif dan akar tradisi yang kuat, penampilan ini menjadi penegasan bahwa warisan beliau terus hidup dalam denyut gamelan hari ini.
Komunitas Gayam 16 membawakan 7 karya terbaiknya. Tujuh atau pitu dalam bahasa jawa secara kultural angka ini diasosiasikan dengan pitulungan (pertolongan), pitutur (nasihat), dn pituwas (hasil baik)
Sementara itu, Rumah Musik Harry Roesli mempersembahkan karya-karya sang komponis legendaris yaitu Harry Roesli yang dikenal melalui suara lantangnya dalam kebebasan berekspresi.
Penampilan mereka ditutup dengan aksi teatrikal yang menyentuh: sebuah mikrofon kosong yang disinari cahaya, lalu terdengar rekaman suara almarhum menyanyikan lagu “Jangan Menangis Indonesia”.
Sebuah simbol kehadiran yang tak lagi fisik, namun tetap menggema dalam ingatan kolektif bangsa.
Karya Djaduk Ferianto kembali bernyawa di panggung lewat penampilan KuaEtnika, kelompok musik yang menjadi rumah sekaligus ruang eksplorasi bagi Djaduk semasa hidupnya.
Lebih dari sekadar pertunjukan, ini merupakan penggalian atas musik etnik dengan pendekatan modern.
Artikel Terkait
Yogyakarta String Music Camp 2025: Asah Kemampuan Bermain Orkestra bagi Musisi Gesek di Jogja
YGF ke-30 Digelar di Taman Budaya Embung Giwangan 21-27 Juli 2025, Ini Agendanya: Ada Kongres Gamelan hingga Panggung Slenthem
Berani Adalah Cahaya, Film Pendek Garapan OMK Paroki Wedi yang Terinspirasi Romo YB Mangunwijaya
Momen Wagub Jatim Emil Dardak Nyanyi Lagu Korea Sudden Shower di Resepsi Megawati Hangestri, Tuai Pujian Netizen!
Sebanyak 1.500 Perempuan Berkebaya Warnai Candi Prambanan di Hari Kebaya Nasional 2025
Gaung Gamelan Tandai Gelaran Yogyakarta Gamelan Festival ke-30 di Embung Giwangan