"Peserta bisa menerjemahkan tema menjadi sebuah puisi," komentar Umi, peraih Penghargaan Yayasan Hari Puisi Indonesia 2016 dan 2017.
BRILIFE sebagai sponsor Utama Kegiatan ini berharap bahwa melalui Lomba Menulis Puisi ini perempuan Indonesia dapat berkiprah lebih luas dalam bidang sastra.**
Baca Juga: Dua Atlet Paralayang Tersangkut Pohon di Perbukitan Pantai Air Manis Padang Selatan saat Latihan
Berikut puisi karya Lailah Nurdiana:
NOTASI PEREMPUAN PEMOTONG BATU
Ia mendahului gegas pagi
Dan menaklukkan tajam duri
Menuju ceruk bukit, melawan ligih
Tak peduli tubuhnya masih payah
Semalam hanya tidur sekejap
Pagi-pagi harus berangkat
Karena hidup yang dimulai
Sebelum daun ditimang matahari
Jauh lebih diberkati, begitu para tetua menasihati
Ia perempuan yang lahir
Dari mimpi bumi paling nyeri
Di gua tambang menikahi semangatnya sendiri
—Selalu terlukis wajah anaknya
Di punggungnya yang basah, di peta matanya yang merah
Cinta dan upaya beraduk dalam segelas doa di dada tuanya
Dia tersenyum
Sambil menggores batu kumbung
Dengan Makita di tangannya
Berharap tajam di ujung merempahi hidupnya
Agar Tuhan memberinya bunga alamanda
Bunyi derak tulang dan rasa haus mendera rahang
Ia tahan sebagai sebuah mata pelajaran yang harus didapatkan
Kuning peluh di kening tak juga kering
Tapi dia masih enggan pulang
Merehatkan tulang-tulangnya yang linu itu
Karena baginya, bekerja keras adalah cara lain membuat jalan
Yang lurus ke arah Tuhan.
Ruang Sastra, 2023