Di sisi lain, ia juga menyindir penyedia makanan yang terkesan asal dalam memilih bahan.
“Saya aja nista bilang itu daging olahan, saya nggak tahu itu produk apaan. Rasanya kayak karton, warnanya pink, lalu anak-anak disuruh DIY, astaga,” ujar Tan.
Kritik ahli gizi menjadi sinyal keras bahwa MBG tidak bisa sekadar mengedepankan distribusi masif tanpa memperhatikan kualitas dan keberlanjutan.
Terlebih, kritik publik kini mengarah pada konsistensi menu makanan MBG yang dibayangi dengan kecemasan para siswa maupun orang tuanya di tengah maraknya kasus keracunan di sebagian wilayah Tanah Air.**