“Kami ajak agar bagaimana ketika kegiatan buka puasa atau sahur di masjid, dapat mengurangi produksi sampah anorganik. Hal ini bisa diwujudkan melalui konversi pembungkus makanan, dengan menggunakan wadah tetap yang bisa dipakai berulang kali,” jelas Sugeng Darmanto.
Kalau sampah organik, terang Sugeng, menjadi kebijakan dari jemaah itu sendiri, jangan sampai ada banyak sisa-sisa makanan yang kemudian menjadi sampah.
Beberapa masjid seperti Masjid Gede Kauman, Masjid Jogokariyan, dan Masjid Pangeran Diponegoro sudah menggunakan piring, untuk mengurangi produksi sampah.
“Ketika bicara soal volume sampah itu tidak hanya soal kenaikannya pada momen tertentu, tapi bagaimana perilaku untuk mengurangi sampah harus dilakukan oleh semuanya. Kalau kita tidak bisa menangani sampah, hendaknya kita berkontribusi bagaimana upaya kita mengurangi sampah,” ungkapnya.
Dalam upaya ini, tambah Sugeng, kita wujudkan melalui bentuk yang baik, misalnya tidak gunakan stirofoam atau mika sebagai pembungkus, menggunakan bahan-bahan yang memang bisa diurai oleh alam, tidak menggunakan kemasan sekali pakai.
“Mari kita semua bijak dalam mengurangi sampah di tempat kita masing-masing, dengan harapan setiap warga di Kota Jogja agar berkontribusi dengan cara masing-masing, sesuai dengan kondisi wilayahnya,” tambahnya.**
Artikel Terkait
Meriahnya Kampung Ramadan Jogokaryan, 280 Stan Ikut Berpartisipasi, 3.000 Takjil Dibagikan Gratis Setiap Hari
Bazar Kuliner di Kota Wali Demak, Pembeli Dimanjakan Sebulan Penuh Saat Ramadan
Gelar Operasi Pekat Awal Ramadan, Tim Gabungan Sita Ratusan Botol Minuman Keras
Jadi Makanan Populer di Bulan Ramadan, Ini 5 Jenis Kurma Berkelas yang Harganya Fantastis
Jaga Kondusifitas Wilayah Selama Ramadan, Polres Blora Tingkatkan Patroli dan Penjagaan
Sambut Ramadan, Satgas Yonif Mekanis 203/AK Bersama Artha Graha Bagikan Pakaian untuk Masyarakat Desa Tima
Meriahkan Ramadan 1444 H, Universitas Muhammadiyah Kudus Bagikan 5.000 Takjil Berbuka Puasa