SENANGSENANG.ID — Fenomena fotografer dadakan yang memotret warga saat berolahraga di ruang publik kini memicu perdebatan hangat.
Di sejumlah ruas jalan Ibu Kota, terutama saat akhir pekan, para pelari kerap menjadi objek bidikan kamera tanpa sepengetahuan mereka.
Meski terlihat sepele, praktik ini menimbulkan pertanyaan serius: di mana batas antara dokumentasi dan eksploitasi?
Unggahan akun Instagram @jakarta.terkini pada Kamis 30 Oktober 2025 menyoroti isu ini.
“Meskipun foto diambil di ruang publik, bukan berarti bebas dipakai sesuka hati. Ada batas antara dokumentasi dan eksploitasi,” tulis akun tersebut.
Netizen Terbelah: Dukungan dan Kekhawatiran
Kolom komentar pun berubah jadi arena pro-kontra. Sebagian mendukung semangat fotografer mencari nafkah, seperti akun @saaabiiiyaa yang menulis, “Kami warga tidak akan gugat. Wahai fotografer, tidak apa-apa. Berusaha terus kerja, tetap semangat.”
Baca Juga: Atap Asrama Ponpes Ambruk di Situbondo, 1 Santriwati Tewas: Cuaca Ekstrem Diduga Jadi Pemicu
Namun, tak sedikit pula yang merasa risih. Akun @sudiromanggoro mengungkap kekhawatirannya, “Salah satu yang bikin saya tidak nyaman, kalau lagi ajak anak-anak di jalan. Takutnya ada yang tidak normal dan sengaja fotoin anak saya untuk dijual atau disimpan.”
Kekhawatiran publik semakin meningkat setelah muncul dugaan bahwa hasil foto tersebut dijual ke platform berbasis kecerdasan buatan (AI).
Di era digital, wajah bukan sekadar citra, melainkan data biometrik yang bisa diproses, diperjualbelikan, bahkan dimanipulasi.
Baca Juga: Saksikan Pemusnahan Narkoba Rp29 Triliun, Prabowo Serukan Perang Total dan Perkuat Rehabilitasi
Komdigi: Foto Wajah Termasuk Data Pribadi