Merawat Tradisi Berpikir di Kadipaten Pakualaman, Membumikan Filosofi Memayu Hayuning Bawana bagi Kesejahteraan Jogja

photo author
- Sabtu, 18 Mei 2024 | 14:40 WIB
Dialog budaya Malam Sabtu Kliwon di Ndalem Kepatihan Kadipaten Pakualaman Jogja , Jumat 17 Mei 2024. (Teguh Priyono)
Dialog budaya Malam Sabtu Kliwon di Ndalem Kepatihan Kadipaten Pakualaman Jogja , Jumat 17 Mei 2024. (Teguh Priyono)

SENANGSENANG.ID - Konsep filosofi Memayu Hayuning Bawana yang dijadikan landasan inti dalam pembangunan Kasultanan Yogyakarta oleh Pangeran Mangkubumi yang setelah naik tahta bergelar Sultan Hamengku Buwono I adalah untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat kasultanan Yogyakarta kala itu.

Konsep ini harus terus dilanjutkan dengan mengurai makna serta tujuan filosofi itu bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Jogja saat ini.

Demikian disampaikan budayawan dan Penghageng Urusan Pambudidaya Kadipaten Pakualaman KPH Kusumoparastho pada dialog budaya Malam Sabtu Kliwon bertajuk Merawat Tradisi Pemikiran dalam Upaya Membumikan Makna Memayu Hayuning Bawana bagi Kesejahteraan Masyarakat Kadipaten Pakualaman, Jumat 17 Mei 2024 malam di Ndalem Kepatihan Kadipaten Pakualaman Jogja.

Baca Juga: Ribuan Delegasi World Water Forum ke-10 Harmonisasi Bersama Alam Ikuti Ritual Upacara Segara Kerthi

Menurut Kangjeng Kusumo, demikian biasa disapa, Kadipaten Pakualaman merupakan kerajaan Jawa terakhir dan termiskin karena potensi wilayahnya kecil dan merupakan rawa dan berada di sepanjang pantai Selatan Jawa di Kulonprogo.

"Untuk dapat melangsungkan kehidupannya maka harus mengoptimalkan kemampuan berpikir. Sehingga di era PA V kemudian banyak menyekolahkan putra putri dan kerabat untuk belajar ke luar negeri."

"Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak lagi memiliki ketergantungan dengan potensi alam yang miskin," urai Kangjeng Kusumo.

Baca Juga: 200 Orang Ikuti Pergelaran Macapat Pakem Kraton Ngayogyakarta dan Puro Pakualam di Taman Budaya Embung Giwangan

Sementara itu pembicara lain Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim, MA Direktur Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, mengungkapkan konsep Memayu Hayuning Bawana merupakan filosofi yang sejalan dengan Al Quran dalam menjadikan bumi sebagai ladang kehidupan untuk kemakmuran hidup manusia.

"Membuat cantik kehidupan di bumi sebagai mana menurunkan kehidupan Surga yang damai sejahtera," tuturnya.

Untuk mencapai itu menurut dia dibutuhkan indikator seperti adanya sikap toleransi, seimbang dan setara, memiliki komitmen kebangsaan, anti terhadap kekerasan dan menghargai nilai nilai tradisi dan budaya lokal.

Baca Juga: Hadir di 9 Kota, Ini 7 Kenyamanan All New Citroen C3 Aircross SUV yang Punya 10 Pilihan Warna Memikat

Dialog budaya Malam Sabtu Kliwon yang digelar secara rutin setiap 35 hari atau selapan sekali ini dimoderatori KMT Ndoyodiprojo mantan Kepala BKD DIY.

Kegiatan ini dihadiri oleh lintas komunitas dan masyarakat umum diantaranya Paguyuban Wartawa Sepuh (PSW), Komunitas Satupena, Komunitas Seniman Yogyakarta, Komunitas Selasasastra, Jaringan Masyarakat Budaya Nusantara (JMBN), PSJB Paramarta serta peminat dan pemerhati budaya lainnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X