Mengenal dan Mencintai Tanaman Endemik di Hutan Lindung Kaliurang, Ini yang Dilakukan KPKC Gereja Santa Maria Assumpta Gamping

photo author
- Senin, 17 Februari 2025 | 17:05 WIB
Prof. M. Dwi Marianto, Surip, S.Hut, M.Sc, Fasis Mangkuwibowo, S.Hut., M.Sc, dan Paulus Widiantara di kawasan hutan lindung Kaliurang, Sleman, DIY pada Minggu 16 Februari 2025. (Foto: Praba Pangripta)
Prof. M. Dwi Marianto, Surip, S.Hut, M.Sc, Fasis Mangkuwibowo, S.Hut., M.Sc, dan Paulus Widiantara di kawasan hutan lindung Kaliurang, Sleman, DIY pada Minggu 16 Februari 2025. (Foto: Praba Pangripta)

SENANGSENANG.ID – Tim pelayanan Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) Gereja Santa Maria Assumpta Gamping Yogyakarta mengunjungi Kawasan Hutan dalam Tujuan Khusus (KHDTK) di Kaliurang, Minggu 16 Februari 2025.

Para pengunjung yang terdiri dari anak-anak, remaja hingga dewasa dipimpin Prof Martinus Dwi Marianto antusias saat mendapat penjelasan mengenai hutan lindung (kawasan konservasi) dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diwakili oleh Surip, S.Hut, M.Sc, Fasis Mangkuwibowo, S.Hut., M.Sc, dan Paulus Widiantara, serta pemandu lapangan.

Selain mengenal tanaman endemik (khas daerah dan langka), pengunjung diajak untuk mencintai lingkungan, terutama tanaman yang unik dan tidak ditemukan di wilayah lain secara alami.

Baca Juga: Bantah IKN Mangkrak, Basuki Ungkap Rencana dan Anggaran Pembangunan Tahap 2 yang Fantastis

Contoh tanaman langka yang buahnya dibuatkan monumen berbentuk seperti buah rambutan bernama saninten, ada juga tanaman kemenyan yang getahnya harum dan berkhasiat sebagai pengawet.

Menurut Surip, S.Hut, M.Sc, konservasi genetik bertujuan selain untuk pengembangan, juga untuk penyelamatan.

Jangan sampai generasi mendatang hanya kenal nama tumbuhan, namun tidak tahu wujudnya.

KHDTK seluas 9,49 hektar dibangun dan dikelola Dinas Kehutanan tahun 1958.

Baca Juga: Mengintip Momen Menarik Jokowi-Prabowo di HUT Gerindra, dari Saling Puja-puji hingga Candaan yang Menohok

“Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 memengaruhi ekosistem, komunitas tumbuhan dan satwa di kawasan hutan Kaliurang ini,” katanya.

Erupsi tahun 2010 merupakan bencana terburuk selama 100 tahun semenjak 1870 menyebabkan kerusakan ekosistem tingkat berat.

Sebagian pohon dan rating terbakar, sehingga rantai makanan terganggu, bahkan sumber mata air mengecil.

Buah tanaman saninten dalam bentuk monumen di kawasan hutan lindung Kaliurang.
Buah tanaman saninten dalam bentuk monumen di kawasan hutan lindung Kaliurang. (Foto: Praba Pangripta)

Restorasi ekosistem perlu melibatkan segenap masyarakat.

Kolaborasi antara pengelola dan masyarakat penting dijalin demi membangun kesadaran bersama pentingnya pelestarian dan pengamanan ekosistem.

Fasis Mangkuwibowo, S.Hut., M.Sc mengingatkan nenek-moyang terdahulu telah menunjukkan kearifan lokal melalui penamaan nama dusun yang diambil dari nama tanaman.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X