Rasulullah memberikan cara yaitu dengan melaksanakan puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal.
Baca Juga: Kapolda dan Gubernur Ganjar Kompak, Puncak Arus Mudik yang Masuk Wilayah Jawa Tengah Sudah Terlewati
Hanya tidak boleh dilaksanakan di tanggal satu Syawal.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Siapa yang berpuasa selama Ramadan dan melanjutkannya dengan enam hari puasa saat bulan Syawal akan seperti melakukan puasa setahun terus menerus," (HR Muslim).
Sejalan dengan makna hadis tersebut, Ibnu Rajab menjelaskan bahwa balasan dari amalan kebaikan yakni amalan kebaikan selanjutnya.
Siapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lain, itu tanda diterimanya amalan yang pertama.
Baca Juga: Mudik dan Lebaran Bersama Keluarga, Presiden Jokowi Tetap Bekerja dari Solo
Begitu pula siapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, ini tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan," (Latho-if Al Ma’arif, hal. 394)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَن يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عبده
"Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya," Hadis Tirmidzi Nomor 2744.
Dalam konteks ini, adalah Allah SWT memberi kenikmatan kesempatan kepada hamba-Nya untuk bertemu dengan bulan Ramadan dan masih ada bekas atau amal susulan di bulan-bulan selanjutnya.
Diawali dengan melaksanakan puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal.
Artikel Terkait
Dasari Amalan dengan Keikhlasan dalam Hati, Niatkan Ibadah Hanya kepada Allah Semata
Iman dan Ilmu, Kunci bagi Orang Bertakwa untuk Mendapatkan Kemuliaan di Hadapan Allah SWT
Kebenaran Pasti Diridai Allah dan Dimenangkan, Kuatkan dengan Doa
Agama adalah Nasihat, Petunjuk dari Allah kepada Manusia, Taati dengan Ikhlas
Allah Menghargai Amal Saleh Manusia, dan Mencintai Orang-Orang yang Berbuat Kebaikan