"Ini yang harus diperhatikan dari sekarang tantangan ke depan akan lebih berat. Jadi kalau generasi muda mulai banyak yang mencintai budaya bangsa itu bagus," pungkasnya.
Sementara itu KPH Kusomoparastho dalam paparannya terkait dengan Memayu Hayuning Bawana, mengungkapkan pentingnya generasi muda untuk dapat memahami tafsir terbuka dari Memayu Hayuning Bawana.
"Memayu Hayuning Bawana itu salah satu filosofi keistimewaan yang sangat terbuka. Lima profesor pernah kita undang untuk menguraikan filosofi ini, hasilnya ada lima pendapat yang Masing masing punya landasan yang logis," ungkap Kangjeng Kusumo.
Sebagai filosofi dalam Keistimewaan Yogyakarta Memayu Hayuning Bawana menjadi kunci penting dalam upaya bersama untuk mewujudkan kehidupan yang nyaman aman dan sejahtera di Yogyakarta.
"Saya melihat filosofi ini bukan semata kata tanpa makna tetapi ini merupakan cita cita atau gagasan para leluhur yang harus dapat diwujudkan," tegasnya.
Suasana dialog berlangsung hangat terbukti banyak peserta yang kemudian merespon dengan banyak pertanyaan tentang banyak hal terkait dengan keberadaan kadipaten Pakualaman dan keistimewaan.
Dialog diakhiri dengan pemberian sertifikat dan buku Memayu Hayuning Bawana karya KPH Kusumoparastho kepada semua peserta.**
Liputan: Teguh Priyono
Artikel Terkait
Beragam Lomba dan Sayembara Warnai Peringatan Hadeging Praja Dalem Kadipaten Pakualaman ke-211, Ikutan yuk
Dialog Budaya Sabtu Kliwon Kadipaten Pakualaman, Tanamkan Nilai-Nilai Keistimewaan pada Generasi Milenial
Peringati Hari Musik Dunia 2023, Yogyakarta Royal Orchestra Gelar Konser Raré Rumpaka di Panggung Nglanggeran
Khitan Massal Hadeging Kadipaten Pakualaman Digelar Wujudkan Darma Mulyarja
Ini Jenis-Jenis dan Makna Gunungan yang Dibagikan dalam Garebeg Besar Idul Adha 1444 H Keraton Yogyakarta