Bagaimana memaknai ketakwaan dari Surat Al Hajj ayat 37 tersebut?
Pertama: Ketakwaan dengan makna keikhlasan, niat mencari keridaan Allah semata (Tafsir Al Muyassar Saudi Arabia).
Allah SWT berfirman:
فَمَنۡ كَانَ يَرۡجُوۡالِقَآءَ رَبِّهٖ, فَلۡيَـعۡمَلۡ عَمَلًا صَالِحًـا, وَّلَايُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا
Faman kaana yarjuu liqoo'a robbihii, fal ya'mal 'amalan shoolihan, wa laa yusyrik bi'ibaadati robbihii ahadaa.
Baca Juga: Soal Pendidikan Barak Militer dan Aturan Jam Malam Pelajar, Bupati Purwakarta: Beda Penanganan
"Maka siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan, dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya," QS Al Kahfi ayat 110.
Berkaitan dengan keikhlasan, Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Innamal a'maalu bin niyyaat. Wa innamaa likullimri'in maa nawaa
"Amalan-amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan," HR Bukhari Muslim.
Kedua: Memurnikan ketaatan untuk mendekatkan diri pada Allah (Tafsir Al Mukhtashar Saudi Arabia).
Allah SWT rida dengan usaha hamba-Nya untuk mendekat.
Rasulullah menjelaskan janji Allah.