Dari penjelasan ayat tersebut dalam Tafsir Al Muyassar, Tafsir Al Madinah Al Munawwarah, Tafsir Al-Mukhtashar, Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Tafsir Al-Wajiz, Tafsir Ash-Shaghir dapat disimpulkan beberapa sikap manusia yang salah dalam menyikapi kenikmatan.
Pertama: Mengingkari nikmat.
Manusia lupa bahwa itu adalah karunia dan rahmat dari Allah.
Allah Subhaanahu Wa Ta'aala mengingatkan dalam surat Al Hajj ayat 66.
وَهُوَ الَّذِي أَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ إِنَّ الْإِنسَانَ لَكَفُورٌ
Wa huwalladżī aḥyaākum tṡumma yumiītukum tṡumma yuḥyiīkum" innal-insaāna lakafuụr.
Baca Juga: Salah Langkah di Hari Pertama, Gen Z Dinilai Bisa Resah Cari Pekerjaan Baru
“Dan Dialah Allah yang telah menghidupkanmu, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar sering mengingkari nikmat."
Bahkan selalu merasa kurang pada apa yang diberikan oleh Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا، وَلاَ يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ
Law kaana libni Aadama waadiyaani min maali labtaghoo tsaalitsan. Wa laā yamla'u jaufabni Aadama illatturoob.
Baca Juga: Buku Jalan Jurnalisme Oka Kusumayudha: Hadirkan Kesaksian 35 Wartawan Sepuh Bertutur tentang Pak Oka
"Andai bani Adam memiliki dua lembah yang penuh dengan harta, maka dia akan mencari lembah yang ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut bani Adam kecuali tanah (yaitu kematian)." HR Bukhari.