SENANGSENANG.ID - Program MBKM Mandiri FSRD ISI Surakarta tahun 2025 diharapkan menjadi model kemitraan ideal antara kampus dan industri kreatif dalam mencetak generasi desainer muda yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap pelestarian budaya lokal.
Hal itulah yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi Desain Mode Batik dalam MBKM Mandiri FSRD ISI Surakarta, dengan merancang motif batik khas Tangerang.
Proses perancangan dilakukan dengan pendekatan desain kontemporer yang tetap menjaga filosofi dan estetika budaya setempat.
Batik khas Tangerang ini digarap oleh dua mahasiswa dari Program Studi Desain Mode Batik, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Chantika Kisyara dan Indri Dwi Hastuti.
Keduanya berhasil menciptakan dan mengembangkan motif batik khas Tangerang sebagai bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri dengan skema magang di Butik Dewi Sambi, Tangerang dari 3 Maret sampai 31 Mei 2025.
Di bawah bimbingan Dr. Aan Sudarwanto, S.Sn., M.Sn., selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), kedua mahasiswa menjalani proses magang yang tidak hanya berfokus pada praktik tekstil, tetapi juga eksplorasi mendalam terhadap nilai-nilai budaya Tangerang.
Mereka terlibat langsung dalam riset motif lokal dan perancangan desain motif batik.
Menurut Wiji Astuti, pemilik dan perancang utama di Butik Dewi Sambi, kehadiran mahasiswa dari ISI Surakarta membawa perspektif baru yang segar dan progresif.
“Chantika dan Indri menunjukkan profesionalisme dan pemahaman mendalam tentang budaya lokal. Motif-motif yang mereka hasilkan sangat unik dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara komersial,” ujarnya.
Baca Juga: ARTJOG 2025-Motif: Amalan, Sore Ini Dibuka Dab! Saatnya Merapat ke Jogja National Museum
Sementara Aan Sudarwanto, menyampaikan bahwa program MBKM Mandiri ini memberi ruang aktualisasi yang konkret bagi mahasiswa untuk menyumbangkan keilmuan mereka secara langsung di masyarakat dan industri.
“Kegiatan ini membuktikan bahwa sinergi antara akademisi dan pelaku industri mampu melahirkan inovasi yang tetap berpijak pada akar budaya lokal,” jelasnya.