SENANGSENANG.ID - CEO Intel Corporation, Pat Gelsinger menghadapi tantangan berat dalam upayanya menghidupkan kembali perusahaan yang dipimpinnya sejak 2021 itu di pasar global.
Sebelumnya, Gelsinger memiliki hubungan yang tegang dengan pemasok chip untuk produksi manufaktur AI Intel, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).
Dikutip dari Reuters, hubungan tegang itu bermula kala pria asal Amerika Serikat itu melempar komentar miring tentang ‘ketidakstabilan teknologi’ akibat mengandalkan manufaktur Taiwan.
Komentar itu mengakibatkan TSMC mencabut diskon 40 persen untuk wafer 3-nanometer yang merupakan pasokan chip untuk produksi manufaktur AI Intel.
Hal ini berdampak pada margin keuntungan perusahaan, hingga Intel dinilai publik telah mengalami kebangkrutan akibat produksi manufaktur AI Intel yang jauh dari kata berhasil.
Gelsinger disebut para pakar ahli teknologi di AS telah banyak kehilangan kontrak kerja samanya dan dinilai tidak mampu lagi memenuhi permintaan produk di pasar global.
Penurunan Pendapatan Intel
Secara rinci, pendapatan Intel turun menjadi 54 miliar dolar atau sekitar Rp849 triliun pada tahun 2023.
Penurunan yang signifikan dalam masa jabatan Gelsinger itu membuat pihaknya harus mengantisipasi kerugian bersih sebesar 3,68 miliar dolar atau Rp57,8 triliun.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, Gelsinger tetap percaya diri dengan rencana perubahannya.
Salah satunya, pria berusia 63 tahun itu menargetkan keuntungan 45 miliar dolar atau Rp707 triliun dengan berusaha memimpin pasar global, terkhusus untuk chip PC AI.
Artikel Terkait
Pecah Rekor! Bandara InJourney Airports Borong 34 Penghargaan Dunia dari Airport Council International, YIA Raih 5 Awards
Indonesia-China Investment Forum 2024 Makin Perkuat Kerja Sama Dua Negara, Intip Hasilnya
Mengintip Kasus Penipuan Nasabah Deposito BSI Seutui Banda Aceh, Tuding Adanya Penipuan dari Oknum Pegawai
Dukung Pertumbuhan Bisnis Nasabah, BNIdirect Hadirkan Fitur-Fitur Terbaru
Persatuan Alumni GMNI Dorong Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan
Bank Indonesia Pertahankan BI-Rate 6,00 Persen untuk Dukung Pertumbuhan Ekonomi