Transformasi digital juga menjadi senjata penting untuk menjaga daya saing.
Baca Juga: Man Sinner Comeback! Bawa Semangat Persatuan Lewat Single 'Akhiri Perpecahan'
Digitalisasi proses klaim, underwriting, dan pengembangan produk berbasis teknologi dinilai krusial agar asuransi syariah tetap relevan di tengah perubahan pasar.
Mencari Jalan Tengah
Erwin menekankan bahwa tidak ada strategi tunggal yang cocok untuk semua perusahaan.
Kombinasi antara merger selektif, rights issue, dan efisiensi operasional bisa menjadi pilihan realistis menuju pemenuhan modal pada 2026 dan klasifikasi KPPE pada 2028.
“Transformasi ini harus dirancang dengan matang, mulai dari analisis modal dan risiko hingga komunikasi ke regulator dan pemegang polis,” tutupnya.**
Artikel Terkait
OJK Cabut Izin Usaha PT Asuransi Purna Artanugraha, Ini Sejumlah Alasannya
Industri Asuransi Jiwa Bukukan Total Pendapatan Rp60,71 Triliun, Naik 11,7 Persen
20 Miliar Dolar AS Melayang! Asuransi Asia Hadapi Keterbatasan Pembayaran Klaim di Tengah Kerugian Ekonomi 2024, Indonesia Ikut Tertekan
Indonesia Terkena Turbulensi Asuransi Global, Diprediksi Ancaman Masih akan Berlanjut
Laba Asuransi Jiwa Tembus Rp5,3 Triliun di Kuartal 1 2025, IFG Dorong Transformasi Industri Nasional
Berjangka vs Seumur Hidup, Banding Durasi Asuransi Jiwa dan Cara Menentukan Polis yang Sesuai Kebutuhan