SENANGSENANG.ID - Salah satu tarian yang digemari raja adalah tari srimpi ciptaak Sultan Hamengku Buwono VII.
Atas kehendak Raja, dinukil dan diselaraskan sebuah kisah dari Serat Babad, pada saat kakek beliau, Sultan Hamengku Buwono I masih berkeinginan berkelana untuk bertempur, berniat menaklukkan wilayah pesisir, menyerang Kota Ngastina bersama bala pasukannya.
Alkisah Sultan Hamengku Buwono I telah berangkat bersama pasukannya dan tiba di tempuran sungai. Segera beliau singgah bersama semua pasukannya. Adapun cerita yang lebih lengkap termuat dalam Serat Pasindhen.
Baca Juga: Warga Bantul Sumringah, Sapinya Seberat 934 Kilogram Dibeli Presiden Jokowi Rp100 Juta untuk Kurban
Semua penari tampak gemilang berhias busana. Jika diperhatikan, memang pantas menjadi pemimpin pertempuran.
Srimpi Pramugari yang kisahnya diambil dari Serat Babad merupakan Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921).
Tari ini menceritakan perjalanan perang kakek beliau, Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang kala itu masih menyandang nama Pangeran Mangkubumi.
Tari ini tercatat dalam Serat Kandha Bedhaya Utawi Srimpi Yasan Dalem Kaping VII, yang kini berada di Perpustakaan Kawedanan Widya Budaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Tarian ini pernah direkonstruksi pada tahun 1984 oleh Dra. Daruni, M. Hum, seorang dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta, pada masa kuliahnya.
Nama “Pramugari” diambil dari judul gendhing utama iringan tari tersebut dan tidak ada hubungannya dengan profesi pramugari masa kini.
Baca Juga: Terkait Putusan MK, KPU akan Gelar Pemungutan Suara Ulang di Dapil Ini
Berdasarkan manuskrip Ngayogyakarta Pagelaran karya Sri Sultan Hamengku Buwono I, Srimpi Pramugari menceritakan lelampahan salira dalem (kisah pribadi) perjalanan perang Sri Sultan Hamengku Buwono I sebelum terjadinya Perjanjian Giyanti atau Paliyan Nagari.
Perjalanan itu mengarah ke pesisir utara Jawa yang dalam cerita disebutkan sebagai Kabupaten Pekalongan dan Kota Semarang. Perjalanan Sri Sultan kala itu dimaknai sebagai perlambang seorang pemimpin.
Artikel Terkait
Merajut Budaya Mataraman, Keraton Yogyakarta Suguhkan Dua Tari Klasik dalam Muhibah Budaya 2023 di Tulungagung
Eksperimentasi Tari 'Manah' Karya Bimo Wiwohatmo, Digelar Gratis Malam Ini di Taman Budaya Yogyakarta
Di Jagongan Wagen PSBK, Dua Seniman Padang Panjang Pentaskan Tari Terkurung di Alam Bebas
Mengenal Bedhaya Gandrung Manis, Tari Klasik Karya Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
Lestarikan Caping Kalo Kudus, Nojorono Gandeng Maestro Tari Didik Nini Thowok dan Pianis Ary Sutedja
Tari Klana Alus Dasalengkara Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Kota Jogja