Dialog Budaya Malam Sabtu Kliwon, Kulik Babar Babad Pakualaman dan Babad Betawi

photo author
- Senin, 5 Mei 2025 | 11:41 WIB
Dr Sri Ratna Saktimulya sedang memaparkan makalah dalam Dialog Budaya Malam Sabtu Kliwon di Kadipaten Pakualaman. (Foto: Teguh Priyono)
Dr Sri Ratna Saktimulya sedang memaparkan makalah dalam Dialog Budaya Malam Sabtu Kliwon di Kadipaten Pakualaman. (Foto: Teguh Priyono)

SENANGSENANG.ID - Babad Pakualaman rupanya jawaban atas kronik Kadipaten Pakualaman yang belum diselesaikan oleh Babad Betawi, ditulis atas prakarsa G.K.B.R.A.A. Paku Alam VI oleh Raden Lurah Jayeng Utara pada era pemerintahan PA VII (1918).

Demikian disampaikan Dr. Sudibyo dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM pada Dialog Budaya bertajuk Membaca yang Tersirat Dari yang Tersurat Dalam Babad Pakualaman dan Babad Betawi, di Kagungan Dalem Kepatihan Kadipaten Pakualaman, Jumat 2 Mei 2025, malam.

Disampaikan Sudibyo yang memiliki nama paring Dalem K.G.P.A.A. Paku Alam X, K.M.T. Widyo Hadiprojo ini.

Baca Juga: Pasca Viral 'Gubernur Konten', Dedi Mulyadi Kini Minta Rudi Masud Terima Warga Jabar Jadi Petani-Nelayan di Kaltim

Babad Pakualaman ini sepertinya ingin membangun kisah para leluhur, eyang, ayah yang menimpin Kadipaten Pakualaman dan menjelaskan berbagai peristiwa yang terjadi di Yogyakarta sebagai warisan dan penghormatan kepada para leluhur.

"Dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, narator menyiratkan bahwa masa masa sulit yang dialami Paku Alam I atau Pangeran Notokusumo dalam pasang surut dinamika politik di Keraton Yogyakarta, hingga perjalanan penawanannya di rezim penerintahan kolonial Belanda," urai Sudibyo.

Sementara itu pembicara lain Dr. Sri Ratna Saktimulya yang juga Abdi Dalem Kadipaten Pakualaman dengan nama paringan Ny. M.T Sestrorukmi, lebih banyak mengulas nilai nilai yang tertuang dalam Babad Pakualaman dan Babad Betawi sebagai nasehat Paku Alam I kepada anak cucu dan keturunannya.

Baca Juga: Singgung Tarif Impor AS, PM Malaysia Bongkar Percakapan dengan Prabowo via Telepon

Menurut Saktimulya, kekuatan hati dan kepasrahan kepada Tuhan telah menyelamatkan hidup Pangeran Notokusumo dan putranya Notodiningrat.

Suratan hidup yang menjadi kesaksian itu disampaikan kepada cucunya.

"Perjalanan hidup ayahmu dan aku telah menjadi bahan gunjingan banyak orang dan bagai pesakitan nista, sudah menjadi kehendak Hyang Agung aku tak bisa memilih."

Baca Juga: 76 Indonesian Downhill 2025: Abdul Hakim Kuasai Sesi Seeding Run, Amankan Peluang Juara di Rumah Sendiri

"Tanpa teman tanpa data aku dipisahkan dari orang orang tercinta. Aku hanya bisa berserah diri pada Sang Pencipta," jabar Saktimulya mengutip kisah dari salah satu bait di Babad Pakualaman.

Dialog Budaya dibuka oleh K.P.H. Kusumopatastho dimoderatori K.M.T Ndoyodiprojo dan tampak hadir sejumlah Sentana Dalem seperti Gusti Indrokusumo, Gusti Bayudono. K.R.M.T Jayengtaruna, K.R.M.T. Projokusumo, terlihat juga Budayawan dan Sastrawan Mustofa W Hasyim.**

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X