SENANGSENANG.ID - Babad Pakualaman rupanya jawaban atas kronik Kadipaten Pakualaman yang belum diselesaikan oleh Babad Betawi, ditulis atas prakarsa G.K.B.R.A.A. Paku Alam VI oleh Raden Lurah Jayeng Utara pada era pemerintahan PA VII (1918).
Demikian disampaikan Dr. Sudibyo dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM pada Dialog Budaya bertajuk Membaca yang Tersirat Dari yang Tersurat Dalam Babad Pakualaman dan Babad Betawi, di Kagungan Dalem Kepatihan Kadipaten Pakualaman, Jumat 2 Mei 2025, malam.
Disampaikan Sudibyo yang memiliki nama paring Dalem K.G.P.A.A. Paku Alam X, K.M.T. Widyo Hadiprojo ini.
Babad Pakualaman ini sepertinya ingin membangun kisah para leluhur, eyang, ayah yang menimpin Kadipaten Pakualaman dan menjelaskan berbagai peristiwa yang terjadi di Yogyakarta sebagai warisan dan penghormatan kepada para leluhur.
"Dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, narator menyiratkan bahwa masa masa sulit yang dialami Paku Alam I atau Pangeran Notokusumo dalam pasang surut dinamika politik di Keraton Yogyakarta, hingga perjalanan penawanannya di rezim penerintahan kolonial Belanda," urai Sudibyo.
Sementara itu pembicara lain Dr. Sri Ratna Saktimulya yang juga Abdi Dalem Kadipaten Pakualaman dengan nama paringan Ny. M.T Sestrorukmi, lebih banyak mengulas nilai nilai yang tertuang dalam Babad Pakualaman dan Babad Betawi sebagai nasehat Paku Alam I kepada anak cucu dan keturunannya.
Baca Juga: Singgung Tarif Impor AS, PM Malaysia Bongkar Percakapan dengan Prabowo via Telepon
Menurut Saktimulya, kekuatan hati dan kepasrahan kepada Tuhan telah menyelamatkan hidup Pangeran Notokusumo dan putranya Notodiningrat.
Suratan hidup yang menjadi kesaksian itu disampaikan kepada cucunya.
"Perjalanan hidup ayahmu dan aku telah menjadi bahan gunjingan banyak orang dan bagai pesakitan nista, sudah menjadi kehendak Hyang Agung aku tak bisa memilih."
"Tanpa teman tanpa data aku dipisahkan dari orang orang tercinta. Aku hanya bisa berserah diri pada Sang Pencipta," jabar Saktimulya mengutip kisah dari salah satu bait di Babad Pakualaman.
Dialog Budaya dibuka oleh K.P.H. Kusumopatastho dimoderatori K.M.T Ndoyodiprojo dan tampak hadir sejumlah Sentana Dalem seperti Gusti Indrokusumo, Gusti Bayudono. K.R.M.T Jayengtaruna, K.R.M.T. Projokusumo, terlihat juga Budayawan dan Sastrawan Mustofa W Hasyim.**
Artikel Terkait
Gusti Putri Paku Alam Kenalkan Buku Batik Pakualaman: Antara Tradisi, Sastra dan Wastra
Kadipaten Pakualaman Sosialisasikan Sejarah dan Nilai-Nilai Budaya Kepakualaman ke Masyarakat
BPH Kusumo Bimantoro Ajak Masyarakat Mengenal Sejarah Pakualaman
Dialog Budaya Sosialisasi Sejarah dan Nilai-Nilai Kepakualaman Menjadi Pencerah bagi Masyarakat tentang Kadipaten Pakualaman
Lebih Jauh Tentang Kadipaten Pakualaman sebagai Pengemban Budaya
Usung Tema Manggala Gati Wiwaraning Rat, Peringatan Hadeging Kadipaten Pakualaman ke-213 Tahun 2025 Diwarnai Banyak Acara