Tak hanya harmoni musik, visualisasi di atas panggung pementasan pun memberikan kesan tersendiri yang tak kalah indahnya.
Selain mengambil ilustrasi dari naskah manuskrip milik Keraton Yogyakarta, tampil pula beberapa visual proyeksi dari nukilan scene Sudjojono Immersif—fragmen digital dari karya-karya mendiang maestro seni lukis Indonesia S. Sudjojono yang merekam semangat zaman, jiwa bangsa, dan kedalaman rasa manusia.
Seperti halnya Verdi yang menyalakan api kebangsaan Italia lewat musiknya, dan selaras dengan komitmen Keraton Yogyakarta untuk selalu menghidupkan semangat kebangsaan melalui seni dan budaya, S. Sudjojono.
Beliau merupakan salah satu pionir pendiri Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1937 dan ia menyalakan kesadaran bangsa lewat kanvasnya: menegaskan jiwa-jiwa yang hidup di balik setiap peristiwa sejarah.
Baca Juga: Kasi Pidum Kejari Sleman Agung Wijayanto Mendapat Promosi Jadi Koordinator Kejati Riau
Beberapa karya visualnya yang hadir di atas panggung dan berpadu dengan nada dari YRO serta harmoni karya Verdi di antaranya: Tiga Wanita di Atas Bukit — fragmen kemanusiaan yang lembut namun kuat, membuka ruang renung antara cinta, kehilangan, dan kenangan.
Tanjung Priok — citra heroik yang merekam amarah dan keberanian rakyat dalam bingkai sejarah kolonial; The Ruins and The Piano — metafora tentang kehancuran dan harapan, antara puing dan melodi yang tak pernah padam.
Penyerangan Sultan Agung Ke JP Coen—potret sang raja sebagai simbol kedaulatan dan kebijaksanaan nusantara; dan Rose Pandanwangi (Rose Istriku)’.
Baca Juga: Garuda Terhenti di Ronde Keempat, Erick Thohir Akui Belum Mampu Wujudkan Mimpi Piala Dunia
Rangkaian visual berpadu untaian nada yang dimainkan disambut tepuk tangan meriah, bahkan di akhir pertunjukan, seluruh audiens berdiri memberikan apresiasi panjang, menghantarkan pada satu penampilan penutup yang menjadi kejutan manis bagi semuanya: penampilan aria ternama Libiamo ne’ lieti kalici dari opera La Traviata. Usainya lagu penutup ini pun kembali menghadirkan sorakan ‘bravi’ yang menggema di Laboratorium Seni ISI Yogyakarta.
“Jika konser Puccini tahun lalu menjadi penanda 75 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Italia, maka konser Verdi tahun ini menjadi bukti komitmen Keraton Yogyakarta untuk mendukung hubungan kerja sama kedua negara yang tentu diharapkan bisa terus terjalin hingga tahun-tahun berikutnya," tutup KPH Notonegoro.**
Artikel Terkait
Heboh Confetti Konser Taeyeon SNSD Nyasar ke Fan Meeting Lee Min Ho dan Konser DAY6, Begini Penjelasan Pihak Vendor
Menanti Konser Foo Fighters di Jakarta: Ini 10 Lagu Hits Dave Grohl cs dari Tahun 1995 hingga 2021
Land of Koplo Buktikan Bukan Konser Dangdut Abal-Abal, Bius Belasan Ribu Penonton di Stadion Kridosono Jogja
Mengenang Jejak Abadi Tiga Tokoh Seni Indonesia di Konser Maestro, Yogyakarta Gamelan Festival ke-30
Konser Gamelan Jadi Penutup Perayaan Yogyakarta Gamelan Festival ke-30, YGF Sukses Pertemukan Tradisi dan Inovasi
Konser Amal untuk Kemanusiaan: Life, Passion, and Music Volume 4 Siap Digelar di GIK UGM