Parjo harus melalui hari-harinya di Rutan Bantul, sekamar dengan warga binaan lainnya seperti Penyok dan Panjul.
Awal di Rutan Bantul, Parjo labil jiwanya suka berteriak-teriak, stress serta mengganggu penghuni lainnya, akhirnya sering bikin keributan dan membikin jengkel orang lain.
Dengan dibimbing para petugas rutan membuat Parjo tersadarkan dan menyadari atas perbuatannya dan merasa menyesal.
Sehingga segala kegiatan di Rutan Bantul diikutinya, sebagai bentuk penyesalan (Getun). Setiap manusia berbuat kesalahan harus ada penyesalan.**
Liputan: Yusron Mustaqim
Artikel Terkait
Jogja Bertanjak, Kolaborasi Budaya Riau dan Yogyakarta Besok Sore Menari di Salasa Wagen Malioboro
Ekspresikan Seni, Yogyakarta Simphony Orchestra Digelar di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta
Kaesang Pangarep Jadi Host Program Variety Show 'Keramas' di NET TV, Mulai 1 April Setiap Sabtu dan Minggu
Lagu Tujuh Detik Saja, Buah Kolaborasi Dwiki Dharmawan dan Kang Erick yang Menyoal Tentang Penyesalan
Mengenang Sastrawan Chairil Anwar, Terbit 27 Buku Antologi Puisi Karya Mahasiswa UMK
Studio Satiaji Sculpture & Artwork Pameran Patung 'Roman Sculpture in Color' di Pendhapa Art Space