Dipandu Denny S Wasana, Corporate Food and Beverage Manager Archipelago International, mereka bercerita dengan nada yang sama: setiap generasi punya pendekatan yang khas.
Dimulai dari situasi. Kekhasan gen z ada beberapa. Life balance sangat populer dilekatkan pada generasi ini. Mereka ingin bekerja dalam situasi yang nyaman. Enjoy. Kenyamanan ini tentang “secure”, bukan “comfort”.
Generasi ini tidak bisa ditekan apalagi ditakut-takuti. Namun mereka mudah cemas. Mereka tidak suka dibanding-bandingkan. Mereka suka disamakan. Untuk itu, kata Yohanes, memimpin gen z butuh kesediaan pemimpin untuk duduk dan berdiri sejajar dengan mereka. Menemani.
“Mereka butuh figur,” ujar Yohanes yang menempatkan diri sebagai “mbahnya gen z” ini.
Selama ini, figur mereka ada di media sosial. Jauh. “FBM dan Chef mesti switching ini,” saran Yohanes.
Baca Juga: Saham Boeing Seketika Anjlok Imbas Insiden Pesawat Air India yang Jatuh di Ahmedabad
Sudah ia lakukan. Yohanes gemar ikut futsal. Ajakannya ia lontarkan secara bercanda, “Yang nggak ikut kariernya terancam.”
Berbondong-bondonglah mereka ikut. Bukan karena takut tetapi karena aktivitas ini menyenangkan bagi mereka. Bermain membuat mereka melebur, akrab satu sama lain.
Usai bermain, Yohanes ngajak mereka ngobrol satu-satu. Terungkap di situ suasana batin mereka dalam bekerja. Terungkap juga apa yang mereka inginkan supaya lebih bergairah dalam bekerja.
Obrolan itu bisa cair karena pemimpin mereka membaur sebagai teman. Bukan sebagai atasan. Nah, menjadi teman bagi gen z itu penting. Mereka merasa setara.
“Kita tidak memasuki dunia mereka. Kita hanya memasuki habit mereka,” tandasnya.
Gen z juga punya kekhasan lagi. Mereka suka dipuji. Pujian personal dan seketika. Yohanes menyarankan agar FBM dan chef gemar memuji. Apresiasi setiap kreativitas mereka. Lakukan harian dalam briefinga.