Saiful Rahmat Dasuki menganalogikan bahwa kesadaran akan keberagaman ini seperti halnya ketika seseorang melihat bunga yang berbeda-beda dan berwarna-warni di sebuah taman bunga.
Saat itu, fikiran seketika menjadi senang, gembira dan bahagia melihatnya. Analogi ini sebagai bentuk keragaman dari aneka warna bunga nan indah.
“Kecenderungan bentuk pikiran ini mesti dapat dimunculkan ketika melihat aneka tradisi keberagamaan yang berbeda-beda, agar kita terhindar dari sikap tidak suka, membenci atau bahkan memusuhi."
"Kita tetap merasa senang, gembira, dan bahagia di antara umat Buddha yang berbeda-beda itu, atau bahkan di lingkungan komunitas yang lebih luas yaitu masyarakat Indonesia yang multikultur. Semuanya harus saling menyayangi satu sama lain."
Baca Juga: Gokil Pol! Vina Sebelum 7 Hari Raih 5 Juta Penonton, Badarawuhi di Desa Penari dan Siksa Kubur Lewat
"Itulah makna kesadaran akan keberagaman hakiki yang dapat memperkokoh kerukunan serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,” terang Saiful Rahmat Dasuki.
Saiful Rahmat Dasuki menekankan bahwa kesadaran keberagaman harus menjadi mindset, pola pikir yang mempengaruhi cara seseorang memahami, menganalisis, dan mengambil keputusan terhadap sesuatu, yang wajib dimiliki oleh setiap umat Buddha Indonesia.
Selanjutnya mindset ini perlu dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata dalam upaya merukunkan dan mempersatukan umat yang berbeda-beda tradisi.
Baca Juga: Raissa Anggiani Lepas Single Baru 'Jika Nanti' dalam Format Audio Dolby Atmos, Jumat 24 Mei 2024
Perlu adanya dialog yang intens dan dinamis diantara umat Buddha dan antarumat beragama.
“Saya sangat mendukung adanya penguatan forum dialog umat Buddha di setiap Provinsi di Indonesia, sebagai salah satu program bimbingan masyarakat Buddha yang selaras dengan upaya meningkatkan kesadaran keberagaman."
"Dialog atau musyawarah juga merupakan syarat penting yang diajarkan Guru Agung Buddha dalam Mahaparinibbana Sutta, sebagai salah satu syarat kesejahteraan suatu bangsa."
"Dialog dilakukan dalam rangka memutuskan kesepakatan-kesepakatan dan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan bersama. Dengan demikian akan tercipta keharmonisan dan kebahagiaan,” kata Saiful Rahmat Dasuki.
Artikel Terkait
Di Kalender Keliru! Hari Raya Waisak yang Benar Tanggal 4 Juni 2023, Bukan 6 Mei
Dipusatkan di Candi Borobudur, Sedikitnya 4.500 Umat Buddha Hadiri Perayaan Waisak 2567 pada 4 Juni 2023
Jokowi Ucapkan Selamat Hari Waisak, 8 Patung Buddha Berlapis Emas Dihadirkan dari Thailand ke Candi Borobudur
Tak Lagi Bagi-Bagi Sayuran, Peringati 22 Tahun Ruwat Rawat Borobudur Hibahkan Ribuan Buku
Woro-Woro: Hari Senin Waktu Khusus bagi Pelajar untuk Naik ke Candi Borobudur, Berikut Syarat dan Ketentuan yang Musti Diikuti
Budaya Puja Pembacaan Tiga Sutta 24 Jam Non-stop Selama 8 Hari Berakhir Besok di Candi Borobudur