“Wartawan tidak boleh lagi menulis panjang. Dahulu, tulisan wartawan untuk kepentingan umum, sekarang tulisan lebih mengarah ke kepentingan pribadi. Terakhir, pertanyaannya adalah, apakah tulisan itu bisa menghasilkan uang?” jelasnya.
Lebih jauh, Dahlan Iskan menyatakan bahwa di era platform digital saat ini, yang terpenting adalah kemampuan untuk menghasilkan uang.
“Saat ini, kecenderungan di kalangan wartawan adalah mereka lebih tertarik untuk bekerja di perusahaan media mereka sendiri, bukan lagi untuk perusahaan media besar,” pungkasnya.
Sedangkan Pemimpin Banjarmasin Post, M. Royan, menceritakan perjalanan salah satu media cetak ternama di Kalimantan Selatan (Kalsel), yaitu Banjarmasin Post.
Menurut Royan, tantangan saat ini adalah bagaimana media cetak tetap bertahan dan tetap hadir sebagai media mainstream lokal di Kalsel.
“Kita harus tetap berjuang menghadapi tantangan zaman. Kemajuan teknologi harus kita jadikan sebagai sarana yang perlu kita adaptasi,” terangnya.
Di tengah gempuran teknologi, Royan mengakui adanya penurunan oplah media konvensional.
Namun, ia melihat hal tersebut sebagai tantangan besar, terutama dengan perkembangan cepat teknologi seperti Artificial Intelligence (AI).
“Kita tidak perlu takut dengan AI. Meskipun oplah cetak turun, media cetak tidak akan hilang,” ucapnya.**
Artikel Terkait
Disiapkan 15 Panggung untuk 2.000 Undangan, Gubernur Kalsel Optimis Presiden Prabowo Hadiri Puncak Peringatan HPN 2025 di Banjarmasin
Ketum PWI Pusat: Prabowonomics Program Unggulan HPN 2025
Sambut Panita Pusat HPN, Sekdaprov Kalsel Siapkan Soft Launching
Kapolda Kalsel Irjen Pol Rosyanto Yudha Hermawan: Selamat Hari Pers, Kami Kawal HPN di Kalsel
Ketum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Dukung Program Ketahanan Pangan Melalui HPN 2025 di Kalsel
Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Apresiasi Panpel HPN 2025 Banjarmasin