SBY Ungkap Presiden Prabowo Sedang Jalankan Misi 'Dual Track Strategy' untuk Hadapi Tarif Baru Impor AS

photo author
- Selasa, 8 April 2025 | 20:59 WIB
Presiden RI Prabowo Subianto Bersama Susilo Bambang Yudhoyono. (Instagram.com/@presidenyudhoyonoalbum)
Presiden RI Prabowo Subianto Bersama Susilo Bambang Yudhoyono. (Instagram.com/@presidenyudhoyonoalbum)

SENANGSENANG.ID - Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti strategi Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto untuk menghadapi tarif baru impor yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

SBY menilai langkah Prabowo sudah tepat, seraya menyebut pemilihan langkah negosiasi ketimbang retaliasi atau tindakan balasan.

"Kebijakan dan langkah-langkah yang dijalankan oleh pemerintah menghadapi 32 persen tarif yang dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump, saya nilai baik dan tepat," ungkap SBY melalui akun Twitter resminya @SBYudhoyono pada Selasa 8 April 2025.

Baca Juga: Terancam Sanksi usai Libur Tanpa Izin, Lucky Hakim Ngaku Tak Tahu Ada Aturan Pejabat di Lebaran 2025

"(Prabowo) lebih memilih negosiasi daripada retaliasi (tindakan balasan)," sambungnya.

Terkhusus, SBY membongkar Prabowo sedang menjalankan strategi 'dual track strategy'.

Presiden RI ke-6 itu menerangkan, pemerintah Indonesia memilih melakukan komunikasi dengan para pemimpin ASEAN dan mengirimkan tim negosiasi ke Washington DC, Amerika Serikat.

Baca Juga: Soroti Gejolak Bursa Saham, Menko Airlangga Hartarto: IHSG Masih Negatif, tapi Sudah dalam Tren Positif

Di sisi lain, SBY menilai ekonomi ASEAN merupakan sandaran dan pasar bersama.

"Ingat, bukan hanya ASEAN telah menjadi 'economic community', tetapi di tengah tantangan berat untuk menembus pasar di banyak negara," tuturnya.

SBY juga menilai perlunya melakukan otoritas moneter dengan otoritas fiskal untuk menjaga dan mengamankan nilai tukar rupiah serta saham-saham di Indonesia.

Baca Juga: Garuda Muda U-17 Melangkah ke Piala Dunia Qatar 2025, Erick Thohir: Perjuangan Belum Selesai

Oleh sebab itu, SBY mengatakan jika hal itu hanya diserahkan ke mekanisme pasar, maka nilai saham dan rupiah bisa diganjar secara berlebihan.

"Di tengah gonjang ganjing pasar saham dan mata uang, bisa jadi nilai saham dan rupiah kita diganjar secara berlebihan, sehingga menembus batas toleransi psikologis," terang SBY.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Aksi Penutupan Aplikasi 'Mata Elang' Heboh di Medsos

Kamis, 18 Desember 2025 | 09:44 WIB
X