Sejarah Panjang Konflik Tambang Tumpangpitu, Berawal dari Izin Eksplorasi 1995

photo author
- Jumat, 14 November 2025 | 09:47 WIB
Menyoroti sederet fakta sederet fakta sejarah akar konflik tambang Tumpangpitu di Banyuwangi Jawa Timur. (Istimewa)
Menyoroti sederet fakta sederet fakta sejarah akar konflik tambang Tumpangpitu di Banyuwangi Jawa Timur. (Istimewa)

 

SENANGSENANG.ID - Sejarah konflik tambang Tumpangpitu menunjukkan bahwa penolakan warga bukanlah hal baru, melainkan akumulasi panjang dari izin eksplorasi sejak 1990-an yang menimbulkan ketegangan antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat.

 

Berikut sederet fakta sejarah akar konflik tambang Tumpangpitu yang disarikan dari berbagai sumber:

- Awal izin eksplorasi (1995): PT Hakman Metalindo memperoleh Kuasa Pertambangan seluas 62.586 hektar, mencakup kawasan konservasi penting termasuk Taman Nasional Meru Betiri.

Baca Juga: ARTJOG 2026: Seni Itu Panjang, Generasi Baru Menyapa

- Pergantian perusahaan: Setelah beberapa kali berpindah tangan, izin akhirnya dikelola oleh PT Bumi Suksesindo (BSI). Perusahaan ini mulai melakukan eksploitasi emas dalam skala besar di Gunung Tumpangpitu.

- Dampak lingkungan: Aktivitas tambang menimbulkan kerusakan hutan, pencemaran air, dan ancaman longsor. Hal ini memicu stigma negatif di masyarakat yang merasa kehidupan mereka terancam.

- Konflik sosial: Penolakan warga muncul karena tambang dianggap tidak berpihak pada kelestarian alam. Ketegangan terjadi antara masyarakat, perusahaan, dan pemerintah daerah yang mendukung investasi.

Baca Juga: wondr by BNI Indonesia International Challenge 2025: Bismo dan Richie Tumbangkan Unggulan Chinese Taipei

Dimensi Sosial dan Politik

- Gerakan rakyat: Penolakan tambang melahirkan berbagai aliansi, seperti Gerakan Rakyat Selamatkan Tumpang Pitu (GRSTP), yang konsisten menggelar aksi sejak awal 2000-an.

- Narasi pembangunan vs kelestarian: Pemerintah daerah dan pusat sering menekankan tambang sebagai motor ekonomi, sementara warga menilai keuntungan hanya dinikmati segelintir pihak.

- Aliansi nasional: Dukungan datang dari organisasi lingkungan seperti WALHI, yang menyoroti ancaman ekologis dan hak hidup masyarakat sekitar.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agoes Jumianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Aksi Penutupan Aplikasi 'Mata Elang' Heboh di Medsos

Kamis, 18 Desember 2025 | 09:44 WIB
X